Hawo gess!!
2 minggu ya Tata baru up lagi, hehe... Pasti pada kangen kan sama Tata yang kyut and mempersona inih:(
Tak apa Tata juga kangen kok sama Vomen kalian, ciahaha...
Sebelum nya, Tata mau ucapin happy +2k votes! Moga makin naik views nya...
Happy Reading!
Kenze memejamkan mata mengacak rambut. Raut kusutnya tidak mencerminkan seorang Kenze yang dingin dan cool. Dibalik tirai jendela balkon samar-samar pancaran lampu membiaskan bayang pepohonan yang bergerak, seolah mengejeknya urakan dan aneh.
Ini sudah hari keempat Zuya 'menghantuinya', yang jelas membuatnya frustasi dan bergidik melihatnya. Sebenarnya, Zuya akan normal bila di depan orang ramai. Namun, saat hanya mereka berdua, Zuya pasti melakukan hal-hal yang tak pernah Kenze bayangkan.
Jika hanya bergandeng tangan, Kenze tak mungkin frustasi, tapi gadis itu bertindak lebih. Memeluk erat, mencium ganas, dan lebih mengerikan nya lagi, tangan lincah itu tak segan-segan meremat pantatnya. Kenze merasa dia dilecehkan.
Mungkinkah itu tingkah terpendam Zuya atau efek dari ramuan salah sasaran? Tapi yang jelas, Kenze merinding!
Dering ponsel mengejutkan lelaki muda itu. Mendengar nadanya tanpa basa-basi ia meraih ponsel di ujung kasur lalu melempar hingga benda persegi itu hancur. Meski tak melihat nama, Kenze tahu siapa yang menelpon dari nada khusus. Itu Manusia Pelecehnya!
Tiba-tiba kejadian manusia gila saat mengganti nada khusus tadi berputar di benaknya.
Dua insan berbeda jenis saling menempel erat. Si perempuan menahan kedua tangan lelaki menjilat sisi leher lelaki yang memerah gemetar. Suasana sepi di R. Lab semakin mendukung tindakan si perempuan. Tiga kancing terbuka menampakkan dada dan bahu berhias bercak ungu. Hembusan nafas panas menimpa bahu lelaki.
"Kenze, aku cemburu..."
Kenze merasakan nafasnya tercekat. Ia sudah berusaha mengelak namun entah karena tenaganya melemah atau karena tekad berani Perempuan Gila ini perlawanan Kenze tak berarti apa-apa.
"Aku tahu tadi kamu telponan sama perempuan lain disini. Kamu cinta sama perempuan itu?"
Kenze mengepal tangan gemetaran. Dapat ia rasakan dada lembut Zuya menekan rusuknya. Gemuruh jantung menyebabkan ia melemas. Tubuhnya tersentak kala tangan Zuya meraba sisi paha.
"Kamu nggak jawab, pasti itu benar kan?" Sedetik kemudian mimik sedih terganti senyum manis.
"Mulai sekarang harus cuma ada nomor aku didalam sini!" Perempuan itu mengangkat ponsel Kenze yang ia ambil perlahan dari saku celana. Kenze mencengkeram tangan Zuya namun...
"Breng—sek Hp—um gu—mhh..."
Mata kedua insan itu saling bertemu dengan arti berbeda. Kenze melotot dan si perempuan berbinar. Ucapan kasar Kenze teredam oleh dominasi bibir kecil.
Lidah lembut itu sesekali menjilat kedua bibir si lelaki membuat benda kenyal itu berkilau. Saliva teruntai tidak menghalangi kegiatan erotis mereka. Perempuan gila itu secara aktif menekan bibirnya hingga belakang kepala Kenze terhantuk lemari penyimpanan jubah.