One-shot : Salah paham.

8.8K 239 8
                                    

Alohaa!!!




"Aku pergi."

Benzi pergi. Tanpa kecupan dikening. Tanpa menoleh kebelakang lagi. Lagi-lagi seperti ini.

Keya menatap sendu punggung tegap yang menghilang di balik pintu mobil. Ini sudah seminggu Benzi mengacuhkan Keya. Ingin menangis rasanya saat diabaikan tanpa tahu letak salahnya dimana.

Mungkin urusan kantor lagi padat-padatnya hingga tak bisa ada waktu lebih luang buat Keya. Lebih baik ia membuat kue saja daripada larut pada kesedihan tak pasti.

Keya percaya, suaminya tak mungkin macam-macam diluar sana, kenapa? Karena Benzi sangat mencintainya begitupun sebaliknya. Dua tahun hidup bersama membuat mereka tahu sifat masing-masing. Pasti nanti Benzi akan menjelaskan semua. Jadi, Keya harus bersabar menunggu penjelasan nya.

Baru saja tangan mungil Keya hendak mencapai gagang pintu lemari untuk mengambil tepung, suara dering ponsel menghentikan pergerakan. Sambil melangkah menuju meja makan, ia berpikir yang menelpon adalah Rosetta, sahabatnya.

Benar saja, yang menelpon adalah Rosetta.

"Hal-"

"HALO NGKEYYY!!"

Keya sedikit menjauh kan ponsel dari telinga, cukup berdengung mendengar pekikan Rosetta.

"Kenap-"

"AKU ADA BERITA BAGUS KEYY!!"

Pekikan itu, belum juga dirinya selesai berbicara. Ia hanya bisa menghela nafas.

"Ap-"

"AKU HAMIL NGKEY!! YA AMPUN SENANG BANGET HUHUHU..."

Mematung. Rosetta hamil, ya?

"Key... Ngkey!! Kamu dengar aku gak?"

"Ah, iya. Selamat ya Mawarku akhirnya bakal jadi ibu."

"Iya, sumpah-sumpah senang bangeeet!! Ngkey ku kapan nyusul? Biar bisa ngidam bareng, buncit bareng, pasti ser—"

Lagi Keya tertegun. Kapan nyusul?

"N-ngkey? M-maaf. Aku gak m-maksud-"

Rosetta tak bermaksud menyinggung, Keya tahu itu. Tak ingin berpengaruh buruk pada si janin, segera ia menangani kepanikan Rosetta meski Keya merasa sedikit sesak.

"Gwenchana, Mawar. Nanti aku nyusul kamu kok. Belum dikasih aja sama Tuhan."

"T-tapi Ngkey u-um—"

"Gapapa, Mawarku. Oh iya, nanti aku sama Benzi kesana, sekalian mau jenguk calon ponakan, hihi. Eh, udah dulu ya. Kue ku hampir gosong nih. Dah, Mawarku."

Usai memutuskan sambungan, Keya meluruh di lantai. Ia menangis pilu sembari memukul dada, berharap sakitnya menghilang.

Kapan ia dapat mengandung seperti wanita lain? Kapan ia bisa menggendong anaknya sendiri? Keya juga sangat menginginkan itu semua.

Wajah Benzi terlintas di pikiran. Wajah bahagia Benzi ketika menggendong bayi sang kakak. Berbeda dengan seminggu terakhir, hanya wajah muram dan acuh yang terlihat.

Pasti Benzi iri pada mereka yang menggendong bayi sedangkan keduanya, dua tahun lewat telah menikah namun tak ada tanda Keya hamil. Keya merasa tak berguna sebagai istri.

"Jangan patah semangat, Key! Pasti kamu bakal hamil."

Keya menghapus air mata kasar. Kepalanya sedikit pusing hingga ia agak terhuyung saat berdiri. Mendudukkan diri sembari memijat pelipis, ia menatap lurus.

Short story 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang