Btw, pada bosen gak sih sama nih cerita?
Deraya memeluk erat dirinya. Tangis pilu lolos dari bibirnya meski sekuat tenaga ia menahan. Mata berairnya menatap sosok polos lelaki disamping yang tidur pulas usai menggaulinya. Kenangan beberapa bulan lalu kembali membekas di ingatan.
"Nillen, bawa aku pergi..."
Bau khas percintaan menyeruak dikamar. Cairan keruh membasahi tubuh. Deraya berdiri kesusahan membawa diri juga baju ganti masuk kedalam kamar mandi. Ia merasa tubuhnya semakin kotor dan hina.
Mata bengkaknya menatap pantulan menyedihkan di cermin. Tubuh bercairan lengket dan beberapa bekas keunguan lebam tertinggal di area leher dan dada. Turun pada perut buncit nya, Deraya tak dapat mengendalikan suara nya lagi. Ia menangis keras menyentuh buah cintanya.
"Nak, kamu adalah anugerah buat Mama. Yang pernah di bilang Papa itu cuma bohong. Kamu, sangat berarti bagi Mama."
"Sebenarnya Papa mau bilang anak Mama ini lucu, imut, trus gemesinnya mirip sama Papa, tapi Papa malu. Hehe..."
Deraya tertawa pedih. Ia menghapus air mata lalu mulai mandi agar dirinya juga sang janin tak kedinginan dan memakai pakaian disana. Saat keluar, Deraya tak dapat menahan gejolak di dada kala mata tajam Neva memindai tubuhnya dan berdecih.
"Jalang!"
Deraya berusaha menahan air mata. Meski kata itu sering terucap namun ia bukanlah manusia tangguh yang hanya bisa menahan sakit hati terus menerus.
"Berhenti menangis! Yang saya bilang itu memang benar. Kamu dengan mudah nya memberikan hal seperti tadi pada saya... Ah tidak! Sama kekasihmu juga. Apalagi kalau bukan jalang namanya?! Mungkin kamu juga memberikan pada pria lain? Who knows?"
Neva terus berucap tak peduli oleh tangisan lirih Deraya. "Saya menyesal telah menyentuh kamu! Kalau itu Ola, pasti saya sena—"
"YA SUDAH SENTUH SAJA OLAMU ITU!!!" Jerit Deraya mengejutkan Neva. "KAMU LAKI-LAKI MUNAFIK NEVADRA!! KAMU BILANG KAMU MENYESAL, TAPI KAMU MUNCRAT BERKALI-KALI SAMA AKU!!"
Neva terkesiap mendengarnya. Mata tajam itu membulat. Ia sedikit malu pada kata-kata terakhir Deraya.
"AKU JALANG?! IYA MEMANG AKU JALANG! TAPI KAMU SUKA DISENTUH JALANG INI! KAMU MUNAFIK! MULUT KAMU BILANG BENCI TAPI TITID KAMU NIKMATI! JANGAN SENTUH, SAYA TAK MAU INI, SAYA BENCI PUNYA KAMU, TAPI KAMU GOYANG TERUS! BENAR YA YANG NAMANYA LELAKI ITU MEMANG BRENGSEK!!
Tak ada yang bersuara. Neva memerah bungkam dan Deraya keluar kamar. Ia ingin menenangkan diri agar si janin tak tegang sementara Neva merenungi ucapan Deraya tadi.
"Aku... Begitu ya?" bisik Neva pada angin.
***
Sudah tiga hari belakangan Neva terus uring-uringan. Penyebabnya tak lain ialah Deraya. Ia merasa Deraya bukan lagi perempuan yang awal mereka menikah, yang cengeng dan juga pasrah. Deraya yang sekarang lebih berani menjawab meski ia tetap menangis. Terlebih semenjak kejadian mereka tak sengaja, ekhem, Deraya sering menghindari nya.
Bukan itu saja, biasanya Deraya akan bersikap seperti seorang istri sejati walaupun akhirnya harus kecewa karena tentu saja Neva tak menghargai itu semua. Tapi sekarang, menemukan sepiring nasi di meja makan adalah suatu hal langka untuk Neva.
Neva tak terbiasa dengan perubahan Deraya. Ia tak suka!
"Kamu mikirin apa sampai mengerut gitu."
Neva meraih jemari Yola yang mengelus dahinya. Ia mengecup punggung tangan membuat senyum Yola kian mengembang.
"Aku mikirin kamu yang makin cantik sekarang. Aku jadi takut kamu bakal diambil pria lain."
Ucapan Neva bukan bualan. Melihat Yola semakin bersinar menjadikan Neva takut Yola berpaling darinya. Apalagi ia sekarang adalah seorang suami dari pacarnya sang adik.
"Harusnya aku yang mikir gitu." Yola tersenyum tipis. "Aku takut kamu yang bakal diambil perempuan lain. Apalagi kamu tinggal serumah dengan dia. Aku takut kamu berpaling hati."
Dadanya berdenyut nyeri melihat Yola yang menatap sendu. Dipeluknya tubuh mungil Yola penuh kasih lalu ia mengecup kening sang pujaan mengungkapkan rasa sayang.
"Tak mungkin aku sama dia. Aku cuma mau sama kamu. Ola, tunggu beberapa bulan lagi. Aku akan pastikan setelah anak sial itu lahir aku akan ceraikan dia dan kita akan terus bersama. I really love you my lady."
"Janji?"
"I'm promise."
Dalam pelukan hangat ditemani gerimis sore, ditengah keraguan Yola meyakinkan diri untuk menunggu janji sang terkasih, Nevadra.
***
Berdoa saja semoga Tata mengabulkan harapan kalian!
Btw, sengaja ngetik dikit karna gak ada ide lagi.
Tata lagi terkena writer block. Padahal banyak waktu luang tapi Tata buntu ide huhu (ㄒoㄒ)
Ini seperti part terpendek dalam cerita Tata. Gapapa lah ya, yang penting Tata bisa lanjutin ini. Hewhew
Tertanda,
Menantu ParkPark Tata🐹🍀