My girlfriend strong 5 (Ending)

2.9K 120 5
                                    

Konichiwa, sayonara, kuch-kuch hotahai🤣

Ada yang masih baca gak?

Oh, iya. Kalian jangan berharap banyak ya sama chap ini. Takutnya mengecewakan, hehe:)

Tandain typonya!

Happy Reading!

Semak bekas tebasan masih terlihat segar. Dalam genggaman erat, Andra bersyukur tak mengeluarkan tenaga memotong apapun menggunakan pisaunya.

Rasa takut sedikit menggerogoti dirinya. Suasana mencekam ditambah dirinya sendirian membuat bulu kuduk merinding. Meski masih siang, yang namanya hutan tetaplah berbahaya.

Srak.

Bruk.

"Ugh."

Andra merintih kesakitan akibat jatuh terduduk usai terjegal rumput bekas tebasan. Andra mengelus pergelangan kaki dan pantat yang nyut-nyutan. Ingin sekali ia menangis namun wajah Alina terlintas dibenak.

"Gak boleh nangis, nanti mata gue bengkak. Gue gak mau Al ngeliat muka ancur gue. Nanti dia ilfeel. Gak boleh!"

Berbekal itulah, Andra menahan tangisan meski mata berkaca-kaca tidak bisa dihindari. Ia bangkit lalu menepuk kotoran di tubuh. Langkah pelan nya agak terpincang. Andra berusaha terus menelusuri jalan ke rumah Alex.

Kicauan burung bukannya memperindah, malah membuat Andra kian meremang. Helaan nafas panjang keluar. "Demi Al, apapun gue lakuin. Daratan berjarum, lautan panas, asal di ujungnya ada Alina nungguin gue bakal gue lewati."

Percayalah, itu hanya ucapan agar ia tak merinding terus.

Entah berapa lama ia berjalan hingga matanya melihat gua tempat Alex dari kejauhan. Andra berlari menghiraukan sedikit nyeri pada kaki. Rasa rindu menyeruak bersamaan dengan sampainya di depan mulut gua.

Andra menghentikan langkah lalu berbalik. Kegugupan tiba-tiba melanda dirinya. Ia lalu berdehem-dehem memastikan suaranya tak ada cela rusak bahkan ia berpidato sebelum ketemu Alina.

"Ehem... Ehem... Ekheeem..."

"Hai Alina, aku kangen." kemudian Andra menggeleng. "Nggak-nggak! Gue keliatan agresif banget."

"Alina, kamu kemana aja. Aku kangen tau! Nggak-nggak-nggak!! Kesannya kek manja banget." Andra mengacak rambut frustasi.

"Oke Andra! Lo harus tenang." Satu tangan tak memegang pisau terangkat diatas dada. Sembari terpejam, Andra mulai menginstruksikan diri. "Tarik nafas, huufftt... Buang, huuuuh... Tarik lagi, huuuffttt... Buang, huuuuuuuh..."

"Alina, kamu kenapa disini? Kok kamu gak ke Kampus? Padahal aku kang—"

"Andra?"

Mendengar suara datar perempuan, sontak membuat Andra membulatkan mata. Persiapan kata-kata langsung menghilang digantikan manik berkaca. Gemuruh dalam dada menjadikan dirinya lemas. Ia kemudian berbalik pelan dan air mata mulai menetes. Alina, gadisnya...

"A-al... Kita—balikan ya?"

Alis si gadis menukik tajam. "Tidak!"

Aliran bening semakin turun deras. "Kenapa?"

Nampak Alina hanya menatap datar. Andra tak tahu bagaimana pikiran Alina. "Aku—a-aku mau ki-ta..."

"Tapi aku tidak!"

"Kasih aku alasan kenapa kamu nolak aku?"

Alina melipat tangan sembari menyender di dinding gua. Tatapan datarnya tak berubah. "Tidak ada alasan khusus. Alex juga tidak menyukaimu."

Short story 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang