Toxic marriage 5

2.6K 146 7
                                    

Lanjutt...







Dulu, ia mengira jika perempuan dan anak itu hanyalah penghancur hidupnya. Dengan mereka pergi itu akan membuat dirinya sangat bahagia dan menikah bersama perempuan yang ia cintai.

Namun perkiraan nya salah. Kepergian anak yang tak pernah sekalipun ia sentuh walau dari perut perempuan itu membuat dirinya merasakan sakit, seolah raganya direnggut paksa.

Padahal anak itu bukan miliknya, namun mengapa ia yang kehilangan mendalam? Mengapa ia yang merasakan kesedihan? Mengapa bukan pria lain yang mengalaminya? Mengapa harus dirinya?

"Cepat tandatangani, dengan selesainya kita kamu bebas."

Lembar kertas diatas meja juga pena terpampang jelas. Manik merah Neva menatap Deraya yang melihatnya datar.

"Berhenti berpura-pura sedih! Aku gak bakal luluh sama kesedihan palsu kamu itu!"

Tersenyum miris. Neva meraih pena dan lembar kertas perceraian. Ia bersiap membubuhkan tinta di materai sebelum membuangnya dan langsung berlutut dibawah Deraya.

"Aya, aku tak mau cerai."

Kekehan terdengar. Deraya menampar kuat hingga kepala Neva tertoleh kesamping. Rasa kebas menjalari tangan. Bibir pucat itu bergetar.

"Kenapa? Belum puas kamu lihat aku menderita? Kamu lebih ingin aku menderita lagi? Itukan yang kamu mau?!"

Deraya menangis tanpa suara. Ia gemetaran menyentuh perut datarnya. Hal yang sangat ia sesali karna perginya sang buah hati akibat kelalaiannya.

"Aku sudah tak punya alasan lagi buat bertahan sama kamu. Jadi, jangan mempersulit keadaan."

Neva meraih tangan Deraya menggenggam erat.  "Maaf..."

"Aku tidak menerima maaf kamu!" Deraya berusaha menarik tangannya meski tak berhasil. "Aku cuma mau kamu tandatangani itu!"

"Tidak ada perceraian!" Tegas Neva. Sudah cukup ia kehilangan bayi itu, ia tak ingin berpisah dengan Deraya. "Kamu akan tetap jadi istriku."

Deraya tertawa miris. "Aku memang perempuan murahan. Tapi aku tak ingin terus menjadi perempuan murahan yang mengambil tunangan nya wanita lain."

Ada nada sumbang dalam perkataannya.

Neva tertegun. Ia mengingat setiap kata-kata tinggi nya selalu mengucapkan murahan untuk Deraya. Ia menatap manik berkaca Deraya dengan rasa bersalah mendalam. "Maaf..."

"Kita tak akan pernah bercerai! Aku tahu ini sudah terlambat. Tapi tolong Aya, beri aku kesempatan sekali lagi. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku akan membahagiakanmu... Aya, tolong."

"Yola... Aku tak akan bersama dia lagi. Maaf... Aku akan terus menjadi suami kamu, bukan tunangan perempuan lain."

"Aku, suami Deraya Natisha, Papa dari Nadara Amella akan terus menjadi milik kalian."

Deraya menangis terharu menatap wajah permohonan tulus Neva. Benci yang pernah terukir dihati kian terkikis akan ucapan penyesalan Neva. Deraya menangkup rahang Neva membuat pria itu terpusat pada senyum kecil Deraya.

"Baiklah. Aku harap kamu tidak merusak kepercayaan aku."

Mendengar itu, Neva berdiri memeluk tubuh mungil Deraya erat. Ia bahkan meneteskan air mata merasa tak percaya.

"Terimakasih Aya. Aku takkan mengecewakan kamu. Terimakasih..."


***


Short story 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang