Hero man 2

6.8K 242 47
                                    

Hallow!

Siap baca?

Oke! Jangan berharap lebih ya sama cerita ini!!

Tata pengen curhat, tapi di akhir aja deh.



Happy Reading!


"Kau lagi ngapain?"

Sasa yang tengah berkutat dengan alat dapur sontak menoleh ke arah suara. Senyum kecil ia perlihatkan guna menutupi kegugupan pada teguran Zian.

"A-aku bikin sarapan."

"Gak usah." Zian mengambil alih pisau dalam genggaman Sasa. "Biar aku yang masak. Kau tunggu di sana," tunjuk nya mengarah ke kursi menggunakan dagu.

Memilih patuh, Sasa beranjak menduduki kursi menatap pergerakan lincah Zian. Decak kagum terlontar samar di bibirnya saat mengamati paras serius Zian yang menawan.

"Sudah berapa bulan?" tanya Zian disela masaknya. Sasa sedikit kebingungan lalu mengerti arah bicara Zian. "Aku gak t-tau," cicitnya mengelus perut agak menonjol itu pelan.

Helaan nafas terdengar. Zian sedikit menoleh kebelakang. "Besok kita check-up."

Senyum lebar terpampang jelas di bibir Sasa. Dirinya yang mendapat perlakuan buruk setelah orang mengetahui aib menyakitkan itu tentu menyukai perhatian dibalik nada kasar Zian. Kebaikan dari seorang Zian tanpa sadar menumbuhkan rasa suka Sasa pada sang penyelamatnya.

"Makanlah."

Harum aroma nasi goreng tersaji di depannya. Zian yang menata beberapa buah di piring mengelus rambut Sasa berujar lembut namun nada bicaranya tetap tak bisa lembut. "Habiskan, aku mau buatkan kau susu dulu."

Lagi dan lagi tanpa melunturkan senyum Sasa menyuapi dirinya penuh bahagia. Perempuan itu sangat bersyukur dipertemukan oleh Zian. Andai malam tadi Zian tak menariknya dari jembatan, entah bagaimana hidup Sasa sekarang.

"Aku pulang agak malam. Kau jangan kemana-mana. Kalau mau sesuatu kau bisa telpon aku pakai telpon rumah. Gak boleh angkat berat-berat, nanti si cebong sesak napas. Mau ngemil ambil yang di meja depan jangan yang di lemari, itu banyak micin, gak bagus buat kesehatan kau sama cebong. Nih susunya dihabisin."

Zian memperingati panjang lebar membuat Sasa terkekeh senang. Dengan cepat ia meminum susu buatan Zian yang dibalas usapan di kepala. Melihat kepatuhan Sasa mengingatkan Zian pada adiknya. Binar sendu tadi malam menghilang di ganti oleh pancaran bahagia. Zian suka binar dari perempuan yang ia anggap adiknya ini. Mata itu seolah menjelaskan jika Sasa lebih baik dari malam 'jembatan'.

"Aku pergi. Jangan aneh-aneh kau di rumah. Ingat pesan ku tadi."

Anggukan kuat Sasa berikan. Sepeninggal Zian, Sasa menatap piring berisi potongan buah dalam. Senyum mengembang sempurna di pipi bersemu merah muda itu disertai debaran jantung menggila.

"Terus perhatian seperti ini bang Zi."



***




Hari demi hari terus berlalu. Sudah lebih satu bulan Sasa tinggal bersama Zian. Usia kehamilan Sasa telah memasuki bulan kedua. Perut yang semula rata kini telah menonjol.

Tak ada yang berubah dari mereka kecuali rasa sayang Sasa yang berubah menjadi cinta. Sasa tak tahu pasti sejak kapan ia mencintai lelaki penyelamatnya itu. Namun yang jelas perhatian Zian untuk nya dan sang janin membuat dirinya berdebar tak karuan.

Hanya saja, Sasa tidak tahu apakah Zian memiliki perasaan yang sama atau tidak?

"Iya bang, maaf aku ngerepotin bang Zi."

Short story 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang