Hawo!!
Sekian lama menghilang Tata kembali hadir!!
Maaf ya, kalian Tata ghosting!!
Nanti Tata ulangi lagi kok, ghosting-mian-ghosting. Hehehe...
Happy Reading!!
"Izin lagi? Lo mencret-mencret lagi?"
Andra mendengus mendengar ucapan Aryan. Kubik hasil utak-atik nya ia letakkan di telapak tangan Aryan agak kasar. "Gue harus kencan nanti sore."
"Padahal kita bakalan tanding ngelawan Wijaya- lo kencan?! Sama siapa lo?! Lo kalo gak mau main futsal jangan bawa-bawa kencan segala. Bohong lo keliatan banget bro!"
"Lo tau kenapa gue kemaren kena diare?"
Dengan polosnya Aryan menggeleng membuat Andra makin geram. Diambil nya kembali rubik ditangan Aryan dan mulai memutar kasar. Tapi itu berhenti dan Andra mengatur nafas yang sedikit tercekik.
"Karena ... g-gue ditembak sama A-alina."
Rayen mengerjap lalu berteriak heboh. "ANJIR! SERIUS LO?! ALINAA?!! GILAK GILAAKK!!"
Teriakan Aryan mengagetkan Andra hingga ia refleks melempar kubik tersebut lalu mengenai kening Aryan.
"Awh! Anjing! Sakit jidat gue Andra bangsat!"
Makian Aryan membuat Andra kesal. Bibirnya mencebik. "Lo berisik babi! Kedengaran Alina mampus gue."
Mendengar nama Alina, Aryan menghentikan elusan dikening. Maniknya menatap serius Andra yang lesu. "Gimana dia nembak lo? Cerita-cerita ke gue!!"
Pikiran Andra melayang jauh. Sebenarnya ia cukup malu menceritakan hal ini. Namun, Aryan adalah sohib sedari orok dan meski agak cerewet, Aryan lah satu-satunya orang terpercayanya.
"Kemarin itu...
Flashback on
Andra menunggu Aryan yang tengah mengerjakan tugas tambahan dari dosen. Mereka biasa pulang bersama jadi Andra tak ingin meninggalkan Aryan. Sekitar 20 menit duduk di kursi, Andra bangkit dan berkata ingin buang air kecil. Aryan yang sibuk membuat tugas hanya mengangguk. Ia pun berjalan santai di koridor kampus yang mulai sepi.
Saat hendak berbelok menuju toilet pria, Andra melihat Alina tengah bersandar di belokan tersebut. Ia jelas tahu siapa seorang Alina. Membuat masalah dengan pemudi itu dapat dipastikan akan berakhir di rumah sakit.
Tak ingin terlihat sok akrab, Andra melewati Alina tanpa menyapa. Ia mengira semua akan baik-baik saja, namun perkiraan itu meleset jauh. Alina menarik lengannya dan memojokkan ke dinding.
"Andra."
Suara dingin Alina membuat Andra langsung menciut. Dirinya memang lebih besar dari Alina, tapi itu tak berguna saat disandingkan dengan Alina, sang Tae Kwon Do Kampus.
"Apa kamu bisu?"
Gemetar tak terhindarkan, Andra menunduk dalam usai menggeleng. Takut-takut Alina melayangkan tendangan padanya. Hasrat untuk ke toilet pun menghilang seketika.
"Bisa mengabulkan permintaan ku."
Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Cepat-cepat Andra mengangguk. Demi apapun, berdekatan dengan Alina sangat menakutkan. Masih segar dalam ingatannya kala seorang pemuda koma usai terkena pukulan tangan Alina. Padahal masalahnya cuma gara-gara tak sengaja menginjak buku jatuh milik gadis itu.