Hawoooh!!
Nih sesuai janji Tata, up bulan depan:)
Tata udah nepatin ya!Maapkeun Tata yang sangat-sangat-sangat jarang up, karena Tata sibuk.
Ekhm, Tata minta saran dulu dong sebelum kalian baca ini. Cara nggaet cowok yang punya pacar tapi gak dikatain pecokor gimana?
Jangan berpikiran positif! Karena Tata cuma mau tau dan mau praktekkin😂
Happy Reading guys!
Hari ini merupakan keberangkatan Zuya dan Zeryan. Kenze tak henti-hentinya bersorak dalam hati kala Zuya hanya bisa diam mencuri lirikan diantara banyaknya siswa sebelum menaiki mobil. Ia amat sangat berharap Zuya takkan kembali lagi. Sangat!
Tetapi, sorakan hati terhenti saat matanya tak sengaja melihat elusan tangan Zeryan di kepala Zuya, tak lupa ucapan yang Kenze tak tahu memunculkan lekukan keatas di bibir yang sering mencumbunya itu, menanggapi pemuda disamping.
Mengapa Zuya tersenyum? Apa yang mereka bicarakan? Bagaimana bisa Zuya sangat mudah tersenyum pada orang lain sementara padanya selalu menyeringai? Dan kenapa ia jadi kesal?
Kenze tak menemukan jawaban pasti hingga mobil melaju meninggalkan sekolah. Bahkan lelaki itu tak menyadarinya sampai ada seseorang memanggil namanya lembut.
"Hng?"
"A-ku ada buatin bekal untuk Kakak. Jangan lupa dimakan, Kak."
Sodoran kotak segi empat biru itu tak diacuhkan Kenze. Pemuda cool itu malah berlalu melewati si adik kelas membuat siswi itu malu sekaligus kesal.
"Dia bilang cuma cinta sama gue? Cih, cinta apanya kalau dielus-elus gitu senyum! Fuck!"
"Gak tau aja tuh si Ayan-ayan, dia sering ngecipok gue! Huh!!"
"Cewek modus!"
"Bastard!"
Sepanjang menuju kelas Kenze tak hentinya mendumel lirih. Ia kesal, jijik, muak mengingat perilaku keduanya. Padahal ia sangat menantikan perginya Zuya hingga rela datang ke sekolah paling awal. Tapi, bukan akhir seperti itu yang ingin ia lihat. Bukan sama sekali!
"Jangan-jangan nanti disana..." Kenze mulai membayangkan hal-hal negatif. "AHHH!!"
"Astaga! Kamu ngagetin ih!"
Pikiran kacau dibenak pemuda itu menghilang tergantikan oleh perasaan berdebar. Di depan nya telah berdiri Pujaan Hati Sebenarnya yang memegang dada sedikit mencebik bibir, Esya.
"Sorry."
"Untung jantung aku gak copot. Lagian kamu ngapain sih teriak gitu, gak malu diliatin yang lain?"
Pemuda itu menyapu pandangan ke sekeliling. Beberapa mata memang menatapnya ingin tahu. Kenze mengendik bahu lalu berfokus pada wajah mungil manis Esya yang jarang ia nikmati semenjak insiden 'itu'.
"Kenze?"
"Hng?"
Esya menggembungkan pipi, kesal akan tanggapan main-main Kenze. "Kamu ngapain teriak kayak tadi? Ada masalah?"
Tangan terkepal dalam saku itu menahan agar tak menguyel mochi menggemaskan Esya. "Pengen. Gak. Ka—lo disini?" Kenze hampir mengucap 'kamu', untungnya ia segera tahu jika didepannya bukanlah Zuya. Bisa hancur image cool dari lahirnya menggunakan kata kamu meski dengan orang yang ia sukai.