🌞 32 🌞

1.1K 75 31
                                    

" kak Gulf?" tanya Siti saat mereka baru saja masuk ke dalam kamar milik Gulf.

" Ia Siti, ada apa?"

" Sebelumnya Siti mau minta maaf pada kak Gulf kalau Siti bicara tidak pantas nanti."

" kau mau bicara apa, ayo bicara saja jangan sungkan padaku."

" kak Gulf, apa kak Gulf istri kedua dari tuan Mew? Maaf jika Siti sudah bicara lancang seperti ini. Karna sedari tadi Siti tidak melihat tuan besar bersama dengan kak Gulf. Maafkan siti ya kak Gulf." Bicara sambil menundukkan pandangannya.

Gulf tersenyum ke arah Siti dan memegang pundak gadis cantik seperti baru saja menginjak usia 16 Tahun," apa kau ingin mengetahui sesuatu tentangku?" tanyanya dan Siti mendongakkan kepalanya menatap Gulf.

" apa Siti boleh mengetahui apa yang terjadi pada kak Gulf?"

" boleh karna saya sudah menganggapmu seperti adikku sendiri, sini duduk di sampingku." Mempersilahkan Siti untuk duduk di sofa samping dirinya namun anak itu malah ingin duduk di lantai dan Gulf..

" hey, kenapa duduk di bawah. Ayo sini duduk di sampingku, aku ini kakakmu jadi ayo duduk di sampingku."

" Apa tidak apa kak."

" tidak apa, ayo sini duduk di sampingku. Aku akan cerita padamu tentang apa yang terjadi padaku."

" baiklah kak," Siti pun mulai duduk di samping tubuh Gulf.

" dengarkan aku baik-baik ya," anggukan Siti.

" jadi ceritanya begini.." Gulf pun mulai bercerita tentang awal pertemuannya dengan suaminya hingga sampai di mana ia merelakan suaminya untuk bersama dengan istri pertamanya yang baru saja tersadar dari komanya.

Tak terasa air mata Siti menetes saat dirinya mendengar begitu banyak luka di kisah hidup seseorang yang berada di dekatnya.

" kenapa kau menangis," menghapus air mata Siti.

" kenapa Tuhan mempermainkan nasib kak Gulf seperti ini hiks, bagaimana dengan dedek bayi di dalam sini jika tuan besar bersikap seperti itu."

" Dia akan baik-baik saja, di sini ada aku, kau, mbok dan pak Parjo dan itu sudah cukup untukku, Siti."

" tapi adik bayi juga membutuhkan ayahnya kak Gulf hikss," tangisnya semakin kencang.

" sut,, sudah jangan menangis. Jika kau menangis maka adik bayi juga akan ikut menangis."

" Apa adik bayi bisa merasakan sedih juga di dalam sana." Menunjuk perut Gulf dari jarak jauh.

" kau ingin menyentuhnya?" anggukan Siti.
Gulf mengambil tangan mungil Siti untuk menyentuh perutnya, di letakkan dengan perlahan tangan Siti di atas perut ratanya. Siti yang menyentuh perut majikannya yang sudah ia anggap sebagai kakaknya merasa senang.

" apa dedek bayi benar ada di dalam sini kak?" menatap Gulf berbinar.

" hu'um, dia ada di dalam sini." Anggukan Gulf.

Siti mulai menatap perut rata Gulf, " hey adik, ini kak Siti. Kak Siti akan menjagamu dengan sangat baik. Cepatlah tumbuh agar kau bisa bertemu dengan kak Siti dan kak Siti sudah tak sabar ingin menggendongmu adik bayi." Tersenyum bahkan tertawa seolah-olah memang ia tengah bicara secara langsung dengan janin yang di kandung Gulf.

" dedek juga tak sabar ingin bertemu dengan kak Siti, tetap bersama kami ya kak Siti." Pinta Gulf.

" tenang saja, kak Siti tidak akan membiarkanmu terluka. Kak Siti akan menjadi perisai untukmu dan juga ibumu." Masih setia dengan tangan yang kini mengelus lembut perut Gulf.

Mentari End Di Pdf ✔️✔️  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang