Perasaan khawatir tergambar jelas di wajah (Name). Sudah tiga hari, dan tak ada yang bisa dikatakan baik dari kondisi ibunya. Justru, dari tiga hari lalu, kondisinya kian memburuk.
Tentunya (Name) sudah berusaha merawatnya dengan baik, dengan niat ibunya cepat sembuh. Namun, kenyataan berkata lain.
Suhu tubuh ibunya sangat panas. Tadi saja sempat mengejang, tapi kembali diam saat (Name) mengompresnya.
"Kak, gimana nih? Apa perlu kita bawa ke rumah sakit?"
Sejujurnya, (Name) ingin sekali membawa ibunya ke rumah sakit. Hanya saja, masalah biaya yang menjadi penghambat. Mereka tak punya uang banyak, apalagi dari lusa kemarin sampai sekarang (Name) tidak berjualan demi menjaga ibunya.
"Kita ga ada uang banyak, dek. Kemarin aja uang udah menipis untuk bayar token yang udah ditagih terus, apalagi kakak udah dua hari engga jualan."
"Apa kita minta tolong kak Gempa aja?" usul Fino
"Jangan--jam segini kan, dia sibuk. Itu ngerepotin banget."
"Jadi..?"
"Emm.. kita rawat di rumah aja dulu."
(Name) enggan meminta bantuan Gempa dalam hal ini. Dari kemarin ia izin sibuk, dan tak ada lagi pesan darinya samasekali. (Name) kan berpikir jika Gempa sangat sibuk. Takut ganggu.
"Kak, mending kakak pergi jualan. Aku di rumah aja, jagain ibu." Fino yang tadinya sudah menggendong tas sekolah, kini kembali menurunkannya.
"Heh, sekolah! Biar kakak aja yang di rumah, jagain ibu,"
"Keuangan kita sedang gak baik-baik aja, kak, masa dibiarin begini-begini terus, sih?"
"Ino, kakak bukannya ga mau kerja.. tapi kamu masih sekolah dan ibu ga bisa ditinggal sendiri. Kewajiban kamu itu sekolah, ga usah pikir yang di rumah dulu, ya?"
"... Gimana gak aku pikir." gumam Fino
"Udah, sekolah aja dulu dipikir. Kakak bakal coba cara yang memungkinkan... ya, agar keuangan kita membaik, dan bisa menyembuhkan ibu juga."
Pada akhirnya Fino menurut. Segera ia berangkat ke sekolah. (Name) memandang sekilas ke arahnya, lalu kembali mendekati ibunya. Membenarkan selimutnya, kemudian keluar kamar sebentar.
===
"Ibu, bertahan ya," lirih (Name)
Jelang siang ini, (Name) di rumah saja, merawat ibunya. Tentang penjualan, ia mencoba melakukannya via online.
Daritadi ia sibuk dengan kompres di dahi ibunya. Jika sudah tak sama suhunya, ia ganti lagi. Terus begitu.
"Nak..." panggil ibunya, suaranya pun terdengar parau.
"Iya? Ibu mau sesuatu?"
Sang ibu menggenggam tangan (Name). "Udah.."
"Mm.. kenapa? Ada yang mau ibu katakan?"
Ibu tampak mengatur napasnya. "Ga perlu repot lagi... ibu udah selesai.."
Tepat setelah berucap begitu, ibunya kembali memejamkan mata. Tangannya yang menggenggam tangan (Name) pun melemas dan jatuh.
"Ibu...? Apa maksudnya, bu?"
"Ibu.. ibu cuma tidur kan? Jangan tahan napas dong. Ibu!" (Name) pun mulai mengguncang tubuh ibunya yang sama sekali tak ada respons.
Ternyata, ini terakhir kalinya (Name) dapat mendengar suara ibunya. Ibunya sudah tak bernyawa. Nyawanya direnggut karena sakit hipertermia, sakit yang menyebabkan suhu tubuh sang ibu naik dan susah untuk diturunkan ke suhu normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Approval [✓]
Romance୨⎯ BoBoiBoy Gempa w/ Female!Readers ⎯୧ Jangan salah paham kepada hubungan pria kaya dengan gadis miskin. Perbedaan status mereka memang tampak mencolok, tapi cobalah memandang kepada hati. "Gempa, dia siapa?" "Dia-" Start: 6/8/2023 Finish: 18/9/2023...