Chapter 26

439 42 2
                                    

Sebulan sudah berlalu, orang tuanya Gempa pun sudah pulang dari luar kota. Pulang-pulang pasangan paruh baya itu sudah disambut cucu mereka satu-satunya yang katanya sangat kangen.

Sejak pulang, Deara tampak seperti ... orang ngidam. (Name) dan Evy menyadari itu, sebab mereka pasti mendengar suara orang mual yang ternyata itu adalah suara dari Deara. Ditambah dengan kelakuan Deara yang menginginkan makanan tertentu.

Hal tersebut membuat kedua wanita muda itu kepikiran.

"Masa ibu hamil lagi, sih?"

"Gak mungkin. Ibu udah setua itu, emangnya masih bisa hamil?" sahut Evy

"Emangnya ibu udah menopause?"

"... Belum, sih. Tapi umurnya udah gak cocok buat punya anak bayi. Cocoknya mah punya cucu lagi."

"Iya, sih... ah, mungkin ibu lagi masuk angin. Kayaknya ibu suka main angin deh pas nemenin ayah dinas di sana."

Seketika Evy tertawa. "Ibu enggak sekekanakan itu ... tapi, gak tau juga."

"Kenapa kita enggak tanya aja langsung ke ibu soal kesehatannya?" ucap (Name), kembali pada topik awal.

Evy menghela napas. "(Name), aku udah pernah tanya, jawabnya gak apa-apa muluu. Bosan aku dengarnya. Terus sehabis nanya pasti ayah dateng aja ke kamar, bikin aku minggat."

(Name) hanya mampu geleng-geleng kepala, merasa prihatin. "Tanya ayah aja kalau gitu."

"Gak berani, hehe." ucapnya seraya menggaruk tengkuk.

Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba Deara menginterupsi. "Ngomongin apa nih, mantu-mantu?"

Seketika (Name) dan Evy menoleh, lalu sama-sama cengengesan. "Ngobrolin yang enggak penting aja, sih." ucap Evy

Deara pun ikut duduk, lalu ekspresinya berubah jadi serius. Membuat kedua mantunya terdiam, lantas tampak tercengang begitu Deara menunjukkan sebuah testpack.

"Ini punya siapa?" tanya wanita paruh baya itu.

Kedua mantunya Deara melirik satu sama lain, lalu sama-sama mengedik bahu. "Gak tau." ucap mereka dengan kompak.

"Ibu dapat itu dari mana?" tanya (Name)

"Di kamar mandi lantai satu ... ibu kurang percaya kalau ini punya Evy. Emang Evy punya calon ayah buat Lili?"

Evy seketika menggeleng. Tatapan serius dari Deara seakan mengintimidasinya. "Aku gak dekat sama cowok manapun, bu. Selain yang di keluarga."

"Beneran enggak ada apa-apa, 'kan?"

"Enggak, aku baik-baik aja, bu. Testpack itu pun bukan punya aku."

Lalu, Deara beralih pada (Name). Ia sudah bisa menebak bahwa dirinya akan ditanya sudah pernah berhubungan dengan suaminya atau belum. Atau, mungkin pertanyaan yang tidak jauh berbeda dengan yang dilontarkannya pada Evy.

"Kamu enggak apa-apa, 'kan? Kok kelihatan takut begitu?" ucap Deara

Seketika (Name) tersadar. Haduh, tatapan Deara memang mematikan. "A-aku gak apa-apa ... ibu natapnya begitu, sih." lirihnya pada kalimat akhir.

Deara mendengarnya, lalu hanya tersenyum kikuk. "Maaf, ya, nak. Kebawa suasana. Ini bukan punya kamu, ya?"

(Name) menggeleng. "Aku sama Gempa aja belum pernah berhubungan... gimana mau punya testpack, dong."

"... Serius?" sela Evy

"Iya, ngapain aku bohong."

"Ah, oke deh. Ibu percaya kalian enggak bohong sama ibu. Tapi, ini punya siapa dong?"

Approval [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang