Chapter 16

418 52 3
                                    

Hari Minggu merupakan hari santai, (Name) bisa bangun siang jam berapapun itu, begitu pula dengan Fino. Biasanya, sih, (Name) pasti akan terbangun dengan sendirinya di jam enam pagi, tapi kini sudah jam delapan dan (Name) masih cukup lelap dan itu membuat Fino ingin menyerah untuk membangunkan kakaknya.

"Kakaak, cantikk. Bangun, yuk," Begitulah ucapan yang sudah dilontarkannya beberapa kali.

"Kak, mataharinya ada dua, kak. Toloong, kaaaa,"

Masih saja tak ada tanda-tanda akan bangun pagi, hanya erangan yang ia dengar dan gerakan membenarkan posisi tidur yang ia lihat.

Remaja itu menghela napas. "Kak, ada ibu-ibu di depan. Nyariin kakak, buruan deh bangun sebelum ibu-ibunya ngomel."

"Kakaakk, tumbenan batu begini?" Lalu, mulailah ia mengguncang-guncang tubuh sang kakak sampai (Name) terganggu.

"Ngh... apaaa..." ucap (Name) dalam keadaan setengah sadar.

"Di depan ada ibu-ibu nyariin. Aku gak tau dia siapa, pokoknya gayanya itu kaya banget kayak Mama Gigi. Buruan, dong, kak. Gak baik bikin orang nunggu, apalagi ini orang kaya."

Lalu, segeralah (Name) ke kamar mandi hanya untuk cuci muka. Ia tak akan sempat mandi yang hanya akan memakan banyak waktu. Setelahnya, ia pun segera ke ruang tamu dan sudah melihat seorang wanita yang tadinya membuat (Name) merasa cukup degdegan.

"Tante, ya..." ucap (Name), terdengar kikuk.

"Eh, (Namee). Baru bangun, nih? Maaf, yaa, tante ganggu pagi-pagi. Tadi cowok yang nyambut pas tante baru sampai sini, itu siapa?"

"Itu adikku, tan."

"Ohh, benar dong katanya Gempa. Kalau ada cowok di rumah (Name), itu tuh adiknya."

(Name) hanya mengangguk, lalu ia pun mendekat dan duduk di dekat wanita itu. "Ada keperluan apa tante ke sini?"

"Pengen aja, sih ... gimana kalau nanti siang ke rumah? Kamu ga sibuk apa-apa 'kan?"

(Name) menggeleng, "Engga, sih... tapi adik aku?"

"Ajak aja, sih, ga apa-apa. Biar ga kesepian di rumah nanti." Wanita itu menjeda sebentar, "Perlu jemputan, ga?"

"Eh, engg--"

"--Jemput ajalah, masa jalan kaki, sih? Kasihan kakinya. Atau, ngojek? Keluar biaya, loh. Kalau dijemput 'kan tinggal duduk manis aja."

(Name) hanya mampu tersenyum dan mengangguk. Ia baru tau jika ibunya Gempa ini cukup banyak bicara dan ceria, mungkin itu juga digantungkan kepada lawan bicaranya. Namun, (Name) tidak mempermasalahkannya. Hanya saja, jangan sampai selalu memotong ucapan orang.

=====

Fino menginjakan kaki begitu mereka telah tiba di depan rumahnya Gempa. Ia mendongakkan kepala, melihat betapa tingginya bangunan rumah di hadapannya.

'Beda banget dengan rumah gue.' batinnya

Fino menoleh ke arah Gempa, lalu ia mendekatinya. "Jadi, yang tadi pagi itu ibunya kakak?" tanya Fino, lantas diiyakan oleh Gempa. "Kirain ibu-ibu rentenir. Penampilannya biasanya kayak gitu, cuma lebih menor dikit, dan rempong."

Gempa hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. Ia berpikir, Fino pernah mengalami ditagih oleh seorang rentenir, atau mungkin yang pernah ia lihat di film-film sinetron?

"Ayo masuk." ucap Gempa

Kakak adik di belakangnya pun berjalan mengikuti ke dalam rumah. Sepanjang jalan, hanya pertanyaan random dari Fino yang mereka dengar.

"Kak, rumah segede ini kira-kira isinya apa, ya?" tanya Fino pada (Name).

"Apa aja, sih, Kok pakai nanya?"

"Aku kepo aja, mah. Rumah kita kecil aja kurang isinya. Lah, ini yang lebih gede,"

"Yaa... bisa diisi dengan yang lebih gede- kakak juga kurang tau, deh. Nanti kalau kita punya rumah yang lebih gede, kita bakal tau."

Ucapan yang terdengar seperti keinginan anak kecil yang polos, tapi siapa juga yang tidak menginginkan perkembangan?

Mereka bertiga pun masuk dan sudah disambut oleh ibunya Gempa, sebenarnya yang disambut hanya (Name), sih. Selain itu, juga ada sang ayah dan Taufan di dalam rumah.

Taufan dan Fino lagaknya sudah seperti sepasang sahabat, apalagi mereka itu memiliki beberapa kemiripan. Dengan cepat mereka sudah akrab.

"Akhirnya kamu datang, ya. Mau tau, ga, ngapain tante ngajakin ke sini?" (Name) hanya mengangguk untuk itu, "Kita bakal belanja. Sekalian sambil pdkt, ya 'kan."

Jangan salah paham dengan pdkt, itu hanya bermaksud pendekatan camer dengan caman- begitu.

"Belanja, ya.. kemana?"

"Di tempat belanja, lah. Kamu ikut aja, dah. Nanti tante bawa muter-muter keliling provinsi."

"Erk- jangan sebrutal itu, dong. Bisa-bisa baru besok sampai rumah."

"Hehe, bercanda. Ayo berangkat."

"Eh? Sekarang?"

"Iyaa, Gem jadi supirnya dulu, ya. Biar ada yang bisa bantuin, hehe."

Gempa hanya mengiyakannya. Ia mengerti yang dimaksud bantuin itu, tapi mana mungkin ia menolak ucapan ibunya yang merupakan perintah baginya.

Mereka pun tiba di pusat perbelanjaan. Segera saja ibunya Gempa mengajak (Name) masuk, sedangkan Gempa hanya mengikuti dari belakang. Kedua perempuan beda generasi itu menuju tempat pakaian wanita dan segera memilih-milih.

(Name) di situ hanya melihat-lihat pakaian yang mewah di matanya dan pastinya tidak murah, begitu pula dengan Gempa yang tidak mungkin membeli pakaian di situ sebab ia bukan wanita. Melihat kekasihnya yang hanya menyimak, ia pun memanggilnya.

"Kamu gak mau baju?"

"Emm... aku bingung aja. Aku ga pernah beli baju di tempat begini."

Gempa hanya tersenyum maklum, gadisnya ini memang begini adanya dari dulu. Gempa tentunya sudah tau, dan ia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya.

"(Name), ambil aja yang kamu suka. Biar ga rugi, loh, ke sini tapi cuma lihat-lihat." sela ibunya Gempa.

(Name) hanya iya-iya, lalu ia kembali melihat-lihat. Gempa memperhatikannya, awalnya (Name) tidak menyadari itu, tapi lama-lama ia mulai geer lalu menangkap basah pria itu.

"Apa, Gem?"

Gempa masih menatapnya, ia hanya tersenyum lalu menggeleng. "Gak apa-apa, sih. Cuma, kelihatannya cantik."

"Apanya?" tanya (Name) sebelum ia benar-benar merasa salting. Siapa tau yang dimaksud Gempa itu bajunya.

"Kamu."

Seketika (Name) membuang muka dari Gempa. Apa-apaan sih? Untung di sekitar mereka bertiga tak ada siapa-siapa, tapi siapa kata ibunya Gempa tidak menyimak kelakuan anak penurutnya itu.

"Ternyata... Gempa, Gempa."

To Be Continued

Ibuk baru tau ya kelakuan gem di belakang?
Gem itu tukang gombalnya nem, tau!

[ 17 Agustus 2023 ]

Approval [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang