Bekerja dan bersantai memiliki masanya tersendiri. Sekarang ini adalah masanya bekerja untuk (Name) yang tidak lagi bekerja di café. Kini ia memutuskan untuk memiliki toko bunga sendiri.
Dulu, selama ia bekerja di café, setiap minggunya pasti ada saja yang memberi uang tip karena hasil kerjanya yang memuaskan. Ia berpikir, sudah cukup tiga tahun untuk bekerja di café, dan ia pun memutuskan untuk membuka toko bunga yang nyata. Melanjutkan bisnis florist online-nya yang redup.
Awalnya ia ragu untuk membangun toko, tapi ia mendapat dukungan dari adik dan kekasihnya untuk melakukan hal yang diinginkannya. Hingga kini, sudah sebulan lamanya toko bunga milik (Name) beroperasi.
(Name) senang. Ia dulu pernah bermimpi untuk memiliki toko yang menjual berbagai bunga. Entah itu bunga asli, bunga palsu, buket, pot, vas, dan segala macam perbungaan. Ternyata impiannya itu bisa terwujud setelah beberapa tahun, itupun berkat dukungan orang dekat.
(Name) tentunya sudah mendengar banyak nyinyiran tetangga setelah ia ketahuan memiliki toko bunga di jalanan kota. Tentunya selain ada yang baik-baik, ada yang jahat-jahat padanya. Bahkan sampai ada yang memfitnah (Name) melakukan yang tidak-tidak demi mendapat uang hingga bisa membangun toko.
Hal itu sempat membuat (Name) nge-down. Namun, dengan banyaknya dorongan dari Fino maupun Gempa dan keluarganya, (Name) kembali bangun.
Ya, setidaknya itu dulu, sekarang semuanya sudah jadi semakin baik.
Pagi ini, (Name) sedang ada di toko. Hanya untuk mengecek keadaan di situ. Memang biasanya di pagi hari tak banyak yang datang, meski ini adalah hari Sabtu, yang biasanya hari ini memang bukan hari sibuk, terutama bagi orang kantoran.
Pintu toko terbuka saat (Name) sedang duduk manis sambil merangkai bunga. Ternyata ada Gempa yang datang, entah sebagai seorang kekasih atau sebagai seorang pelanggan.
"Selamat pagi, pak, ada yang bisa saya bantu?"
Gempa tertawa renyah melihat (Name) yang berlagak begitu, saat Gempa mendekatinya. "Iya, bantu saya untuk mencintaimu."
Kini, (Name) pula yang tertawa. "Gempa, ada apa ke sini? Mau beli bunga atau ngapain?"
"Ketemu kamu." ucapnya seraya menarik kursi terdekat, lalu duduk di dekat (Name).
"Kamu engga ada kesibukan apa-apa, ya?"
Gempa menggeleng. "Malahan sampai tumbenan semuanya di rumah. Selain Taufan yang lagi pacaran, dan aku yang lagi di sini."
(Name) mengangguk. Ia menyelesaikan mahkota bunga buatannya terlebih dahulu sebelum berucap, "Terus, ke sini ngapain, selain ketemu aku?"
"Hum, karena kamu sibuk kelihatannya, aku cuma setor muka ke sini. Habis tuh pulang."
"Lah, cepat banget." gumam (Name)
"Kenapa?" tanya Gempa
"Gapapa ... Aku ga sibuk, sih, sebenarnya." ujar (Name) seraya merapikan meja di hadapannya.
"Lalu? Kamu maunya apa?"
(Name) menatap kamu. "Mau kamu, bisa?"
Gempa dibuat geleng-geleng kepala. Entah sejak kapan gadis di hadapannya ini menjadi sedikit bucin kepadanya.
"Ya udah, aku diam di sini?"
"Iya. Duduk manis aja di sini. Kalau Tante Deara nyariin, bilang nama aku."
Gempa tertawa geli melihatnya. Sepertinya, semua sudah tak sama dengan yang dulu.
===
Sudah jam satu siang, Gempa sudah pulang dari toko, begitu pula dengan Fino yang sudah pulang sekolah. Dari sekolah ia langsung ke toko. Hal itu sudah jadi kebiasaannya, sebab ia tau kakaknya ada di toko. Ia juga kebosanan jika harus diam di rumah yang memang selalu sepi.
Dengan masih menggunakan pakaian pramuka, ia diam di sana. Sesekali membantu pekerjaan kakaknya. Meski selebihnya bantu doa, sebab kakaknya tak menyuruh Fino melakukan apa-apa selain duduk.
"Kamu ga pulang aja? Ganti baju, emang suka pakai yang bau keringat begitu?"
"Nanti aja, kak."
Fino ini. Sudah besar tapi sifat 'nanti'nya masih melekat pada dirinya. Walau banyak nanti-nanti, anak itu tetap melakukan kewajibannya. Namun, jangan pikir jika (Name) tak mendesak Fino untuk menghilangkan sifat nanti-nanti itu.
"Ganti baju dulu, entar ke sini lagi. Taruh aja bajunya di ember, biar bisa kakak cuci nanti."
"Jauh, kak. Panas juga."
"Ojek banyak, nih kakak kasih ongkos."
"Aku gak mau nyusahin mereka."
"Heh! Ga ada istilah begituan. Kamu ini banyak alasan, ya."
Fino hanya nyengir, tetap tak mau pulang dulu. Ia ingin pulang bersamaan dengan kakaknya saja.
"Fino, ga baik kayak gini. Udah gede, loh, masa masih engga bisa dibilangin?"
Seketika kedua mata Fino jadi segar. Jika nada bicaranya sudah begini, mau tak mau ia harus siap pasang telinga karena pasti (Name) akan ceramah. Buru-buru ia menggendong tas dan pergi keluar.
Namun, ia berbalik lagi sebab lupa mengambil ongkos yang diberi kakaknya. "Dadah, kak."
(Name) dibuat geleng-geleng kepala. Ia pun kembali menyibukkan diri di tempat itu.
Jam tutup toko pun tiba. (Name) sudah mengunci toko di jam tiga sore, lalu ia pun segera pulang ke rumah sebelum Fino menunggu lebih lama lagi.
Ia hendak meminta jasa ojek untuk mengantarkannya saat Gempa menelfon. Entah untuk apa, tapi (Name) tetap mengangkat telfon tersebut.
"Halo?"
"Hai, aku antar pulang, ya."
"Eh? Baru juga mau pesan ojek."
"Tunda aja, aku bakal ke sana. Tunggu sebentar, ya."
"... Tapi, kok, tumben telfon? Biasanya cuma nge-chat?"
"Pengen dengar suara kamu."
(Name) dibuat geleng-geleng kepala. "Iya, iya. Nanti kan ketemu."
Terdengar kekehan kecil dari seberang. "Iya. Otw, nih."
Sambungan telfon pun terputus. (Name) duduk di teras toko untuk menunggu Gempa yang akan datang menjemput.
Jarak dari toko sampai rumah adalah tiga kilometer. Cukup jauh, sebab toko berada di kawasan yang terbilang strategis. Untungnya, akan mudah menarik pelanggan. Ruginya, jauh dengan rumah. Namun, inilah yang namanya mencari uang.
Tak berlama-lama menunggu, Gempa sudah tampak di depan toko. (Name) pun menghampiri lalu segera masuk ke mobilnya. Kendaraan pun kembali melaju menuju rumah (Name).
Perjalanan mereka diisi dengan obrolan. Namun, makin lama obrolan mereka jadi tak berbobot, alias obrolan mereka jadi kemana-mana. Biarlah, asal mereka bahagia.
"Gem, gimana tentang Lili?"
•
To Be Continued
[ 17 September 2023 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Approval [✓]
Romance୨⎯ BoBoiBoy Gempa w/ Female!Readers ⎯୧ Jangan salah paham kepada hubungan pria kaya dengan gadis miskin. Perbedaan status mereka memang tampak mencolok, tapi cobalah memandang kepada hati. "Gempa, dia siapa?" "Dia-" Start: 6/8/2023 Finish: 18/9/2023...