Chapter 13

361 51 0
                                    

"Hah... untung berhasil kabur." ucap Lellani seraya mengatur napas.

"... Eh? Lo mungut alasan dari mana, kalau gw bakalan main film?" tanya Michella

"Hehe, itu ngarang. Tiba-tiba aja kepikiran pakai alasan itu, biar bisa kabur."

Michella terdiam mendengar ucapannya, ditambah dengan wajah Alvina yang cengengesan pula. Sepersekian detik kemudian, ia tertawa sambil menepuk-nepuk kepala Alvina.

"Pinter juga lo kadang-kadang." ucap Michella

"Dah ah, ayo pulang." celetuk Lellani

=====

Sore ini, Gempa mengajak (Name) pergi ke sebuah rumah makan setelah mereka bekerja seharian, untuk sekedar ngemil sebelum benar-benar pulang. Namanya saja pergi ke rumah makan, nyatanya mereka hanya memesan jus.

Saat itu, Gempa tampak sibuk dengan handphone-nya setelah tadi sempat menelan minumannya. (Name) sendiri hanya membiarkan sebab ia sendiri juga sedang sok sibuk dengan mengaduk-aduk jusnya.

Kemudian, matanya teralih saat melihat seseorang yang familiar jika dilihat dari belakang. Ia pun memanggil Gempa, yang saat ini sedang meletakkan handphone-nya.

"Itu Michella ga sih? ... Sama siapa?"

Gempa pun menoleh ke arah yang sama. Oh, ternyata Michella dengan Alvero ... Tunggu, bagaimana Gempa bisa tau nama kekasihnya Michella? Padahal, sebelumnya mereka tak pernah berkenalan. Ataupun, tak ada hubungan apapun diantara Gempa dengan Alvero.

"Iya, sama pacarnya."

(Name) hanya mengiyakan dalam hati. Mereka tampak mesra, dan mungkin saat ini mereka tak menyadari jika sedang diperhatikan oleh Gempa serta (Name). Gempa tentunya tak diam saja, ia memfoto mereka berdua secara diam-diam, mumpung sudah ia lihat disaat seperti itu.

"Katamu, waktu itu ibu kamu ga percaya, ya, pas kamu ceritain kalau Michella punya cowok lain?" celetuk (Name)

Gempa mengangguk, "Tapi aku gak nyerah. Cepat atau lambat, semua akan terbongkar."

"Gimana cara kamu ngasih taunya nanti, biar orang tuamu percaya?" tanya (Name)

Gempa tak langsung menjawab, ia hanya tersenyum kemudian menatap ke arah gadisnya, "Aku udah ada cara yang memungkinkan hasilnya bagus. Gak usah khawatir, nanti kamu akan tau sendiri hasilnya."

=====

"Kakak pulang, Fin,"

"Hem, pasti abis date dulu, ya?"

"Hehe, kakak bawa sesuatu nih." ucap (Name) sambil menyodorkan sebuah kantung plastik.

"Hem, ehe, repot-repot sih." ucap lelaki itu seraya menerima pemberian sang kakak.

(Name) hanya geleng-geleng kepala karenanya. "Malam ini mau makan apa?"

"Yang ada aja, lah."

"Yang ada tuh apa, kakak kurang tau."

"Tambahin tau dong, biar ga kurang tau."

"... Ape sih. Kakak ganti baju dulu, ya."

Beberapa menit kemudian, (Name) kembali lalu segera ke dapur untuk memasak. Dibantu oleh Fino juga, sebelum akhirnya mereka makan malam bersama.

"Gimana sekolahmu?" (Name) mulai membangun obrolan dengan sang adik.

"Baik-baik aja, kak."

"Um.. pertemanannya?"

"Baik juga, aku temenan sama siapapun yang asalkan situ juga mau."

(Name) mengangguk-angguk, "Baguslah. Ada sesuatu keperluan sekolah yang perlu dibeli, ga?"

Fino tampak berpikir. Sebenarnya ada keperluan sekolah yang harus dibeli, tetapi Fino enggan untuk menyatakannya dan jadinya ia selalu meminjam pada temannya.

"Gimana? Bilang aja, pasti kakak bantuin,"

Fino menggeleng kaku. "Gak ada, kok... gak ada yang perlu dibeli."

"?? Beneran?" tanya (Name), ia melihat keraguan di wajah lelaki itu.

Fino pun hanya mengangguk untuk itu.

=====

"Yo, bro! Ada apa nih, kok buru-buru?"

"Huh... pinjam lagi, dong,"

Lelaki itu geleng-geleng kepala jadinya, "Pinjam terus, gak mau beli aja? 'Kan di luar sekolah ada jual, biar lo enggak capek juga bolak-balik terus," ucapnya seraya memberikan sebuah buku paket.

"Ya udah, beliin dong,"

"Dih, emang gw bapak lo?"

"Anggap aja gitu."

Lantas dua-duanya tertawa. "Ah ya udahlah, makasih bray. Ayo sekolah!"

"Ntar, masih jam setengah tujuh gini. Nongki dulu gak sih,"

Seketika itu mata Fino berbinar. "Ayok, gas."

To Be Continued

Pendek dlu ya, sy lagi pusing🗿

Approval [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang