Chapter 27

523 40 9
                                    

Setelah kejadian testpack kedua yang ditemukan oleh Evy di kamar mandi, ternyata memang benar itu milik (Name).

Mengetahui itu, seketika Evy yang awalnya ngegas jadi melunak, ditambah cengar-cengir yang ambigu maknanya. Fino dan Taufan yang ada di TKP juga sama halnya dengan Evy.

Dari situlah orang-orang rumah jadi tau bahwa akhirnya Gempa mau memberikan keturunan.

Namun, di sisi lain, ayah mereka jadi bertanya-tanya pada Taufan. Pertanyaannya sudah pasti, "kamu kapan ngasihnya?" ditambah, "masa keduluan adikmu, sih". Membuat Taufan cukup sakit hati mendengarnya.

Walau begitu, semuanya sudah berlalu dengan baik.

Saat ini, merupakan satu bulan usia kandungan (Name). Rawan mabok. Tak jarang ia tiba-tiba ada maunya pada Gempa.

Sekarang, pada jam satu dini hari, (Name) kembali mabok alias muntah-muntah di kamar mandi. Ditemani oleh suami tercinta yang selalu siaga. Namun, untuk tadi, tidak siaga. Sebab Gempa yang pulang sedikit terlambat dan kelelahan sehabis bekerja.

Sehabis muntah, mereka kembali ke kamar, tentunya (Name) dibantu jalan oleh Gempa. Keduanya pun kembali ke atas kasur.

"Gempa, aku ngantuk." ucap (Name)

"Aku enggak." sahut Gempa sambil menyelimuti (Name). "Kamu tidur duluan aja, nanti aku nyusul." Pria itu pun berbaring di samping istrinya.

"Sambil dipeluk, ya. Aku udah bosan meluk bantal guling terus."

Gempa terkekeh. "Iyaa." Ia pun memeluk (Name), tak lupa tangannya mempuk-puk kepala (Name). "Sekarang, merem lagi."

===

Pagi gini, biasanya (Name) pergi ke florist. Entah itu untuk bekerja ataupun sekadar jadi penunggu di situ. Namun, untuk hari ini (Name) tidak bisa, dikarenakan keadaannya yang lemas sehabis mabok.

Saat sarapan tadi, (Name) tidak ikut dengan alasan tidak enak makan. Sampai sekarang, rumah sudah sepi penghuni, (Name) masih tiduran di kamar. Yang di rumah palingan Evy dan Fino yang nganggur.

Mereka berdua pun kini sibuk membujuk (Name). Segala makanan maupun minuman ia tolak dengan alasan tak enak makan.

"Ayo, dong, (Name), sesuaaapp aja."

"Aku. Gak. Mau."

"Segini aja, ayo dilawan rasa gak enak makan dan segala macamnya ... entar janin kamu ikut kelaparan, terus dia kering, habis tuh lenyap kayak hidungnya patrick. Mau begitu?" ancam Evy dengan mereka-reka hanya agar (Name) mau makan.

"... Oh, kak, aku tiba-tiba lapar," ucapnya seraya merampas piring di tangan Evy. "Aku makan, ya."

Evy tersenyum tertahan, jika tidak ditahan ia sudah pasti tertawa.

Evy pun mempuk-puk kepala adik iparnya. "Aku ambilin air, ya. Ini juga Fino lama banget balik, disuruh ambil air doang juga." Lalu, ia pun pergi dari kamar.

(Name) hanya mengamati kepergian Evy sambil mengunyah, setelah menelan, ia menatap ke arah perutnya. "Jangan kering, ya." bisik (Name)

Tak lama kemudian, Evy kembali dengan sebotol air minum. "Di WC dia." ujar Evy, bermaksud menjelaskan keberadaan Fino.

"Emang sulit ditebak anaknya."

Beberapa menit kemudian, (Name) selesai makan, Evy pun menyuruhnya untuk meletakkan piring itu di atas meja, katanya nanti ia yang akan mengurus cucian itu.

"Umm, kak, gimana rasanya melahirkan?" tanya (Name) dengan topik baru.

"Eh? Harusnya kamu tanya itu nanti, pas udah mendekati hari melahirkan." sahut Evy

Approval [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang