Lembar 16 || Awal Mula Sumpah Itu Terucap Dari Bibir Gajah Mada.

99 27 41
                                    

Tak terasa waktu terus berjalan, dan sudah kurang lebih 6 minggu Kivan serta Janu telah sepenuhnya pulih. Setelah pulih dari luka, Kivan dan Janu mulai membantu Mpu Sasora untuk membuat beberapa keris, begitu juga dengan Sanja dan mas Naung, tentu saja Mpu Sasora harus mengajarinya terlebih dahulu.

Di suatu sore mas Naung dan Sanja melihat Mpu Sasora sedang menghaluskan keris yang beliau buat.

Sesekali kakek tua itu menyelupkan sebilah keris yang sudah hampir jadi ke dalam suatu cairan dan merendamnya sembari mulutnya yang terus saja berkomat-kamit mengucapkan sebuah mantra.

Dengan rasa penasaran mereka berdua pun datang mendekat.

"Kakek Mpu lagi ngapain dan... Dan apa yang kakek Mpu lakukan sama keris itu?" Tanya Sanja penuh rasa penasaran.

"Aku sedang membuat keris ini menjadi sakti nak," jelas Mpu Sasora.

"Dengan diapakan?" Tanya Sanja lagi.

"Dengan di sepuh. Mungkin orang-orang banyak yang belum tahu kalau keris itu sakti, sesungguhnya bukan hanya semata-mata keris itu bertuan tapi aku sengaja merendamnya kedalam racun ular."

"Jadi saat racun itu meresap ke dalam dan saat keris itu melukai tubuh musuh walau dengan goresan sedikit saja itu bisa mematikan. Sehingga semua orang menganggap keris itu sakti dan mematikan," jelas Mpu Sasora sembari mengusap-usap keris kesayanganya.

Dan mulai dari sini lah mereka berempat terutama mas Naung dan Sanja mulai belajar mengenai senjata-senjata mematikan, belajar tentang budaya, belajar ilmu kanuragan, ilmu asli bela diri Majapahit.

Ternyata Mpu Sasora bukanlah orang sembarangan. Beliau adalah tokoh intelektual sekaligus orang sakti pada zamannya, beliau juga termasuk sesepuh kerajaan.

Bahkan di saat-saat tertentu beliau datang untuk memenuhi undangan baginda raja untuk mengatur strategi-strategi pemerintahan jika di perlukan. Banyak hal yang mereka pelajari dari beliau.

Di suatu pagi seusai para murid selesai latihan ilmu kanuragan. Seperti biasa mereka berkumpul di halaman padepokan, kakek Mpu Sasora memberikan wejangan, bahkan bercerita tentang awal sejarah Majapahit.

Beliau menceritakannya dengan sangat jelas dan detail dari raja pertama Majapahit, yaitu Prabu Wijaya hingga raja yang saat itu menjabat.

Entah mengapa semenjak Kivan berada di zaman ini ia mulai tertarik dengan cerita sejarah yang Mpu Sasora ceritakan maupun yang penduduk ceritakan.

Tidak seperti saat dosen-dosennya yang menceritakan atau menerangkan pada saat jam mata kuliahnya berlangsung.

Kivan penasaran dengan sosok yang paling di segani saat itu. Yaap betul, Mahapatih Gajah Mada. Hal itu membuat ketiga temannya kaget melihat Kivan sekarang sangat antusias dengan Sejarah.

"Kek, kalau Patih Gajah Mada bagaimana ceritanya?" Tanya Kivan penasaran.

"Pan, anjir kamu ya sekarang. Kita lihat-lihat selama disini, kamu jadi suka ya sama sejarah," ledek mas Naung dengan nada berbisik, Kivan hanya cengengesan menanggapi ledekan mas Naung.

"Begini nak," kakek Mpu Sasora mencoba menceritakan.

"Aku kenal betul siapa Gajah Mada. Dulu beliau adalah seorang pemuda biasa yang kemudian menjadi prajurit, tapi dengan karakternya yang kuat jabatannya terus meningkat," lanjut Mpu Sasora.

"Setelah Gajah Mada diangkat menjadi komandan pasukan khusus Bhayangkara dan berhasil memadamkan pemberontakan Ra Kuti¹ pada tahun 1309 sampai 1328 dan menyelamatkan Prabu Jayanegara yang merupakan putra dari Raja Wijaya dan Dara Petak²"

Kivan sangat amat fokus dan sangat bersemangat mendengarkan cerita dari Mpu Sasora mengenai Patih Gajah Mada.

Sungguh ia tidak pernah bisa se-fokus dan se-excited ini mengenai sejarah leluhurnya saat sedang di kelas maupun saat orang-orang menceritakan sejarah kepadanya.

"Selanjutnya pada tahu 1319 Gajah Mada di angkat sebagai patih Kahuripan dan dua tahun kemudian beliau di angkat menjadi patih Kediri, dan pada tahun 1329 Patih Majapahit yakni Arya Tadah atau sering di sebut Mpu Krewes ingin mengundurkan diri dari jabatanya dan akhirnya Maharaja menunjuk Patih Gajah Mada dari kediri sebagai penggantinya," lanjut Mpu Sora.

"Namun Patih Gajah Mada sendiri tidak langsung menyetujui keinginan Raja. Ia ingin membuat jasa dulu kepada Majapahit dengan menaklukakan Keta dan Sadeng³ yang saat itu sedang memberontak kepada Majapahit."

"Keta dan Sadeng pun akhirnya dapat di taklukan, dan pada akhirnya pada tahun 1334 Gajah Mada di angkat menjadi Mahapatih secara resmi oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi, yaitu pada tahun 1328 sampai 1351 yang saat itu telah memerintah Majapahit setelah terbunuhnya Jayanegara," lanjutnya.

Mpu Sasora masih mengingat betul kejadian demi kejadian di Majapahit karena beliau termasuk sesepuh Majapahit.

Lalu Mpu Sasora melanjutkan ceritanya.

"Pagi itu aku hadir dalan pengangkatan Patih baru. Aku melihat Gajah Mada yang masih tampak cukup muda. Dengan perawakan tinggi besar dan gagah di lantik oleh baginda Ratu sendiri. Saat pelantikan itu suasana nampak sangat hening sekali. Ketika itu tiba-tiba Gajah Mada menyita ruang, beliau melakukan itu di pasewakan yang di hadiri oleh banyak orang."

"Apa yang ia ucapkan dengan tangan kiri bersandar pada gagang gada yang ujungnya menyentuh lantai dengan tangan kanan terangkat dan mengepal keras tak ubahnya menantang langit, pandangan matanya tajam menyapu ke segala penjuru dan dengan rahang yang terkatup erat."

"Pada saat itulah sumpahnya di ucapkan dengan suara lantang menggelegar. Di hadapan Sri Gitarja Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardani dan suaminya, pun juga Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa dan suaminya menyimak ucapanya dengan penuh perhatian," lanjut Mpu Sora yang masih begitu semangat menceritakanya

"Dyah Wiyat bahkan terbelalak sejalan Cakradara dan Kudamerta yang terperangah, tak kurang sang Hamengkubumi Arya Tadah terkejut. Ada banyak orang yang menjadi saksi sumpah itu. Segenap prajurit, para tandha, para emban perempuan, termasuk juga prabu putri dalam keadaan yang sama. Mereka semua terkesima oleh aksi yang dilakukan oleh Gajah Mada itu," jelas Mpu Sora panjang sembari matanya menerawang jauh

"Sumpah itu berbunyi :

Sira Gajah Mada Patih Amangkubhu mi tan ayun amuktia palapa...

Sira Gajah Mada, lamun huwus kalah Nuswantara isun amukti palapa...

Lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa.

Yang artinya :

Aku Gajah Mada Patih Amengkubumi tidak ingin melepaskan puasa...

Aku Gajah Mada, jika telah mengalahkan Nusantara, aku (baru akan) melepaskan puasa...

Jika sudah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa," lanjut Mpu Sasora sembari mengulang sumpah yang pernah di ucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada."

_______________________

Ra Kuti : Ra Kuti adalah seorang tokoh sejarah yang tergabung dalam anggota Dharmaputra (pejabat tinggi yang disayangi raja Majapahit/orang-orang kepercayaan Raja). Ra Kuti sendiri juga termasuk kedalam orang-orang yang terlibat dalam pemberontakan terhadap Majapahit di era pemerintahan Jayanegara bersama dengan para anggota Dharmaputra lainnya.¹

Sadeng dan Keta : Daerah yang juga termasuk kedalam daerah taklukan Majapahit yang saat ini terletak di Kabupaten Situbondo dan Lumajang².

Pasewakan : Tempat pertemuan antara orang kepercayaan raja dengan si raja itu sendiri. ³

Dyah Wiyat : Putri Raja Wijaya yang lahir dari Gayatri.

Sri Gitarja Tribhuwana Tunggadewi: Kakak kandung dari Dyah Wiyat dan juga kakak tiri dari Raja Jayanegara.

Dara Petak : Selir Raja Wijaya.

Get Lost In The 14th Century [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang