Lembar 39 || Rela Mati Untuk Sebuah Kebahagiaan Cinta.

45 16 0
                                    

Mas Naung memutuskan untuk kembali ke ibu kota Sunda Galuh, memperjuangkan cinta yang ia miliki.

Karena bagi mas Naung lebih baik menantang marabahaya untuk sebuah kebahagiaan cinta dari pada harus berdiam diri tanpa merasakan manisnya cinta, karena hakekatnya cinta memang harus diperjuangkan.

Sesampainya di ibu kota mas Naung menyamar sebagai pedagang daging rusa dan daging kambing di pasar dekat istana, dengan harapan masih ada kemungkinan menyusup ke istana jika ada kesempatan untuk bertemu Maisha.

Benar saja, baru beberapa hari berjualan daging, mas Naung mendapat pesanan dari juru masak istana, daging rusa dan daging kambing untuk diantar ke dapur istana.

Saat mengantar daging, mas Naung tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, saat melihat Maisha sedang berjalan-jalan di taman, cowok itu langsung berusaha menemuinya.

"Psstt cewek. Kiw cukuruk, Maisha. Phiwit," mas Naung memanggil lirih saat melihat Maisha sedang berjalan di taman. Cowok itu sengaja bersembunyi di balik semak-semak.

"Seperti ada yang memanggil." Gadis itu tolah-toleh mencari sumber suara yang memanggilnya.

Sedetik kemudian cowok itu berjalan perlahan-lahan berniat mengejutkan Maisha.

"Sampurasuun nyimas geulis, ehehe," kata mas Naung mengejutkan Maisha, sontak gadis itu terkejut mendengar sapaan mendadak dari mas Naung.

"Manggala!" Gadis itu segera memeluk pujaan hatinya sembari berlinang air mata dan cowok itu membalas memeluknya.

"Manggala, mengapa kau masih disini? Bukannya kemarin kau sudah berpamitan kepada ku untuk kembali ke Majapahit?" Maisha melepaskan pelukannya namun masih berlinang air matanya.

"Ciee kamu kangen yaa sama aku? Udah dong nangisnya, kan aku sudah ada disini," ucap mas Naung sembari menghapus air mata Maisha.

Gadis itu tertawa sembari masih terisak sedikit, ia lalu memeluk kembali kekasih hatinya itu. Setelah selesai temu kangen, mas Naung mengatakan kalau dirinya tidak jadi pulang ke Majapahit.

Mas Naung putuskan untuk tinggal di Sunda Galuh untuk manjadi pedagang di pasar dekat istana, dan sejak saat itu Maisha sering menyamar menjadi wanita biasa untuk bisa leluasa ke pasar menemuinya.

Maisah sering membantunya seharian berjualan daging dipasar, dia juga sering membawakannya makanan.

Dia memang wanita berdarah biru, namun tetap bersahaja. Kerena itulah mas Naung semakin sayang padanya. Laki-laki itu pun tidak menyadari kalau selama ia disana, Wingsang selalu mengawasinya dari jauh

Hari berganti, minggu berlalu dan bulan terus berjalan, hubungan mas Naung dengan Maisha semakin dekat, gelora asmara di jiwa seakan makin erat susah untuk dilepaskan.

Hingga disuatu hari, ada salah satu orang istana yang mengetahui keberadaan mereka dan mata-mata itu telah mengetahui semuanya tentang mereka berdua, bahkan ia juga tahu hubungan Larasvati (kakak Maisha) dengan Kivan.

Hingga kabar itu tembus ke baginda Prabu Bunisora, dan akhirnya beliau memerintahkan pengawal kerajaan untuk menyeret dua sejoli itu untuk dihukum.

Desas-desus kalau mereka berdua akan dihukum pun sudah tersebar luas, dan disaat itulah Wingsang mengirim surat kepada ketiga temannya menggunakan merpati.

Hari demi hari sudah terlewati, masa dimana mas Naung akan di hukum pun sudah semakin dekat dan Wingsang semakin gelisah.

"Surat ku sudah sampai ke mereka belum ya kira-kira? Aduhh hari dimana Manggala akan dihukum sudah semakin dekat, apakah akan sempat mereka tiba ke Sunda dengan perjalanan yang teramat jauh ini," gumam Wingsang di sebuah rumah yang ia sewa dari seorang saudagar.

Get Lost In The 14th Century [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang