Lembar 22 || Mas Naung Dan Maisha Sembagi.

48 17 0
                                    

"Yaudah lah kita mencar buat beli makanan atau minuman, aku kearah Utara kamu ke Barat ya mas, ntar kita kumpul disini lagi kalau udah," usul Kivan.

Mas Naung menyetujui dengan usulnya dan akhirnya mereka memutuskan untuk pergi berpencar.

Setelah berpisah dengan Kivan, mas Naung segera menjalan kan misinya mencari makanan serta minuman untuk mereka bawa dan berikan kepada teman-temannya.

"Keren banget Trowulan di zaman ini, seneng banget aku dikasih kesempatan buat ngelihat Trowulan di era ini."

Mas Naung tak henti-hentinya menyanjung kota itu, sesekali ia menyapa dan membantu beberapa orang yang membutuhkan bantuannya. Di setiap perjalanan ia mendapatkan banyak perhatian dari gadis-gadis disana.

Bagaimana tidak, mas Naung begitu tampan dan sangat enak di pandang. Banyak dari mereka yang berjualan maupun tidak, sedang berusaha menggodanya.

"Mari kisanak dibeli kainnya. Walaahh kisanak tampan sekali, apakah kisanak seorang pendatang?" Tanya ibu-ibu penjual kain.

Mas Naung terkekeh, "Ah ibu ini bisa aja, terimakasih atas pujiannya. Tidak bu, saya asli warga sini, bukan seorang pendatang."

"Oh begituu, baiklaah. Apa kisanak membutuhkan kain? Saya kasih harga murah karena kisanak tampan, kain ini merupakan kain yang berkualitas dan sangat langka."

Saat tengah berbincang dengan ibu penjual kain, ia mendengar dan melihat keributan yang di timbulkan dari 10 laki-laki dan seorang gadis penjual makanan.

"KALO KISANAK TIDAK MAU BAYAR LEBIH BAIK KISANAK PERGI SAJA! KALAU TIDAK PUNYA UANG ITU TIDAK USAH BELI! KEMBALIKAN DAGANGAN SAYA YANG SUDAH KISANAK AMBIL!"

"PEREMPUAN SIALAN!"

Plak!

Laki-laki itu menampar gadis tersebut dengan sangat kencang. Gadis itu sepertinya kesal karena harga dirinya di rendahkan dengan cara ditampar, ia tidak bisa menahan emosinya dan berakhir mereka saling bertarung.

Karena saat itu kondisinya sedang tidak fit gadis tersebut kalah melawan sepuluh laki-laki yang telah menodai harga dirinya.

"Pegang tangan perempuan sialan itu!" Perintah laki-laki yang tadi menampar si gadis.

Dua laki-laki yang sedari tadi hanya melihat pun menuruti perintahnya.

"Bu bolehkan saya membelinya nanti? Untuk kainnya pilihkan ibu saja tidak apa-apa. Maturnuwun nggeh bu, saya permisi dulu, mari," pamit mas Naung, ia berlari menghampiri gadis itu.

[Terimakasih ya bu]

Setelah sampai di tempat dimana keributan itu berasal, dan tanpa berpikir mas Naung memukul satu persatu laki-laki itu, karena laki-laki itu tidak terima mereka membalas pukulan mas Naung, pada akhirnya perkelahiran diantara mereka tak terelakan.

Perkelahian mereka menarik perhatian orang-orang untuk berkumpul mengelilinginya.

Sempat beberapa kali mas Naung terjerembab dan terpukul oleh mereka, namun karena kegigihannya mas Naung dapat membuat mereka kalah dan pergi meninggalkannya dengan gadis itu. Setelah laki-laki yang sempat menganggu mereka pergi, warga-warga pun membubarkan diri.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya mas Naung, dengan wajah yang babak belur.

Gadis itu menganggukan kepalanya, "Iya tidak apa-apa, maafkan aku kisanak, karena kisanak menolongku, kisanak jadi terluka parah seperti ini," kata gadis itu sembari memegang luka mas Naung, laki-laki itu sedikit meringis saat lukanya di sentuh.

Sembari tersenyum cowok itu menggenggam tangan gadis itu dan menyingkirkannya dengan lembut. Lalu dengan inisiatifnya dia membantu gadis itu memungut beberapa makanan yng terjatuh, di ikuti oleh si gadis itu sendiri.

Get Lost In The 14th Century [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang