Lembar 41 || Final Dari Petualangan Di Bumi Majapahit.

32 16 0
                                    

Tak terasa sudah dua minggu mereka hidup dalam pelarian, bersembunyi di pekat belantara lereng gunung Salak sebelah timur.

Setelah mengatur rencana matang-matang, akhirnya mereka memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke arah barat menuju tanah Suwarnadwipa.

Dan rencana mereka akan melewati jalur selatan menuju Sukabumi lalu menuju selat Sunda, karena jalur itu dinilai cukup aman menghindari pasukan Sunda Galuh.

Tapi na'as nya saat mereka menuruni lereng menuju jalan utama, ternyata keberadaan mereka telah diketahui mata-mata kerajaan.

Dan ternyata mereka telah dikepung oleh prajurit Sunda Galuh secara besar-besaran yang dipimpin oleh Jayadipati sendiri.

"Mau kemana kalian? Sampai ke ujung dunia pun kalian tak akan bisa lepas dari genggamanku!" Jayadipati menggertak sembari mengepalkan tangannya erat-erat yang menandakan amarahnya menyala-nyala.

"Nyimas, kembali ke istana! Aku diperintahkan baginda untuk membawamu pulang ke istana!" Jayadipati menyuruh Larasvati dan Maisha untuk kembali.

"Tidak! Aku tidak mau kembali, aku ingin selalu bersama kangmas Kusuma!" Dewi Larasvati menolak tegas.

"Benar, aku juga tidak mau kembali ke Kerajaan bersama kalian!" Sahut Maisha.

"Prajurit, amankan dua perempuan itu!" Jayadipati memerintahkan prajuritnya untuk membawa paksa Larasvati dan Maisha kembali ke istana. Lalu beberapa prajurit menangkapnya.

Sempat ada perlawanan sedikit dari Maisha, namun karena para prajurit itu laki-laki, pada akhirnya Maisha pun juga telah tertangkap.

"Tidak! Lepaskan akuu, aku tidak ingin pulang!" Larasvati dan Maisha terus meronta-ronta minta di lepaskan.

"Lepaskan mereka berdua, nyimas kalian sudah dewasa untuk menentukan jalan hidupnya sendiri!!" Wingsang menggertak Jayadipati.

"Mereka berdua putri kerajaan, tak pantas bersama kalian!! Masih berani kau bicara ha! Pasukan, habisi mereka!" Jayadipati marah besar.

Lalu pertarungan pun tak dapat di hindarkan, kejadian Perang Bubat kembali terulang, namun kali ini tokoh utamanya terbalik, dimana lima orang dari Majapahit dibantai habis-habisan oleh prajurit Sunda Galuh yang jumlahnya tak terhitung.

Maisha sebenarnya ingin membantu, namun karena kedua tangannya di pegang sangat erat oleh beberapa prajurit, alhasil ia hanya bisa melihat pertempuran itu.

"Argh, sial! Mereka banyak banget!" Umpat Kivan dan Janu di dalam hati.

Walau diserang dan dibantai ribuan prajurit, mereka tak sedikit pun gentar atau pun goyah.

Justru perlawanan mereka semakin sengit. Kivan, Wingsang, mas Naung, Sanja, Janu dan juga kuda-kuda terhebat mereka tak pernah takut menghadapi marabahaya.

Baru kali ini jiwa kesatria Kivan tumbuh dan tak sedikitpun merasa gentar, begitu juga dengan Sanja, entah mengapa hari ini dia merasa bahwa jiwa penakut yang dulu ia derita kini sirna digantikan dengan jiwa pemberani.

Biasanya saat terjadi peperangan Kivan dan Sanja hanya menjerit histeris ketakutan, namun kali ini mereka berdua merasakan menjadi prajurit sejati seperti apa yang diteladankan oleh Wingsanggeni.

Karena kalah jumlah akhirnya kuda mereka roboh dan mereka harus berperang langsung berhadap-hadapan.

Ditengah serbuan ribuan musuh Kivan melihat Wingsang semakin tak berdaya, namun semangatnya tetap berkobar untuk terus mengayunkan pedangnya ke arah musuh.

Dan anehnya walaupun mereka diserang ribuan musuh, namun tubuh mereka tak pernah terluka sedikit pun.

Hingga akhirnya mereka berlima harus tertangkap dan berhasil diringkus oleh pasukan Kerajaan Sunda, lalu Jayadipati pun mendekati Wingsang.

Get Lost In The 14th Century [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang