Sang prajurit yang di maksud pun menoleh.
"Sini bentar dong, temenin ngobrol," bisiknya memanggil.
Prajurit yang dimaksud pun tolah-toleh, detik kemudian dia menunjuk dirinya sendiri guna memastikan apa yang Kivan panggil adalah dirinya.
"Iye, sini cepetan," jawab Kivan sembari terus memberi isyarat tangan dan mengangguk agar si prajurit mengerti bahwa benar dirinya lah yang Kivan panggil.
"Mau ngapain Van?' Tanya mas Naung penasaran.
"Udaah liat aja ntar," jawab Kivan.
Prajurit itu pun mulai berjalan mendekatinya.
"Saya ada penawaran khusus nih buat kamu."
Si prajurit hanya menyimak apa yang akan di katakan oleh Kivan selanjutnya.
"Gini, saya mau ngajarin kamu supaya kamu bisa lebih di segani sama teman-teman prajurit kamu disini."
"Ha? Kisanak ingin mengajari aku apa? Jangan coba-coba membodohi ku ya!" Tegasnya.
"Eeii, membodohi apanya, saya serius ini."
Si prajurit mulai tertarik dan nampak mulai mendekati Kivan lagi.
"Seperti yang saya katakan tadi, pe na wa ran. Jadi nanti kalau saya sudah selesai mengajari kamu, kamunya bebasin kita ya. Gimana, setuju?" Kivan mengulurkan tangannya ke arah luar sel.
"Ah, tidak! Aku menolak, pasti ini jebakan. Kisanak kan mata-mata," tegas prajurit tersebut.
Raut wajah Kivan langsung berubah menjadi kesal karena masih di tuduh mata-mata.
"Mana ada! Kan sudah saya bilang, kita cuma pemuda yang tersesat, bukan mata-mata!" Balas Kivan kesal.
"Mana mungkin aku percaya, pakaian dan cara bicara kisanak saja berbeda dengan pakaian serta bahasa yang sehari-hari penduduk sini terapkan!" Jawab prajurit tersebut ikutan nyolot.
"Haish, masa gara-gara begini doang di tuduh mata-mata! Jangan bikin kesel deh!" Balas Kivan tak kalah nyolot sembari menepuk pantat si prajurit kesal.
"Hei, lancang sekali kau kisanak! Aku bukan teman mu, jadi jangan merasa akrab dengan ku! Pokoknya saya tidak mau!" Tegasnya lagi sembari pergi meninggalkan selnya.
"Lancang apanya. Cuma prajurit juga, belagu amat," gumam Janu kesal, sedari tadi ia dan Sanja hanya menyimak pembicaraan antara Kivan dengan si prajurit.
"Yakin nih nggak mau?! Padahal cara ini lumayan ampuh dilakukan loh," kata Kivan sembari masih mencoba membodohi prajurit tersebut.
"Ya udah kalau nggak mau mah," lanjutnya sembari bersedekap pura-pura acuh dan pura-pura pergi menjauh.
"Tunggu!"
Akhirnya dia mendekati Kivan lagi.
"Baiklah saya mau. Tapi awas saja kalau sampai kisanak membohongi saya, saya akan tusuk pantat kisanak dengan tombak ini!" Ancamnya sembari mengetuk-ngetukan tombaknya di tanah.
Dan di saat itulah Kivan cekikikan di dalam hati, ia mengatur wajahnya agar terlihat biasa-biasa saja lalu mendekati prajurit itu dan langsung mengajarinya sesuatu.
Namun saat tengah asik mengajari salah satu prajurit penjaga disana, tiba-tiba masuklah sang senopati tersebut bersama seorang kakek-kakek yang tentunya Kivan dan ketiga temannya kenal.
"Bebaskan pemuda tadi! Ini perintah dari yang mulia raja dan atas saran mpu Sasora!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Lost In The 14th Century [END].
Fiksi Sejarah⚠️[JANGAN LUPA KASIH VOTE]⚠️ Pernahkah kamu mendengar mitos tentang dimensi lain? Atau pernahkah kamu mendengar cerita tentang orang tersesat di sebuah dimensi lain yang mengandung banyak sejarah? Mungkin semua ini terdengar seperti mitos belaka...