Lembar 43 || Kembali Ke Masa Depan.

44 17 0
                                    

Sesaat setelah kalung itu jatuh berserakan ke tanah, badai datang sangat kencang, angin puting beliung menggulung-gulung dengan pusaran awan yang sangat besar.

Keempat pemuda tersebut terseret masuk dalam pusaran itu, menyeret jiwanya terbang melayang ke langit hitam.

Kivan, mas Naung, Sanja dan Janu pun semakin terseret kencang memasuki pusaran ke dimensi waktu dimana mereka semula berada, yaitu di tahun 2023, mereka berempat berteriak keras, rohnya terseret jauh menembus dimensi waktu yang berbeda.

Tiit... Tiit... Tiit...

Alat pendeteksi jantung kembali bekerja dengan optimal, itu berarti menandakan pasien yang awalnya dinyatakan meninggal kembali hidup.

"Panggil dokter! Cepat panggil dokter!" Teriak salah satu ibu-ibu meminta perawat untuk segera memanggil dokter.

Tak berapa lama dokter datang dan mengecek kondisi cowok itu. Lalu sedetik kemudian terlihat jari cowok itu bergerak, dan perlahan-lahan matanya terbuka.

"Puji Tuhan dia mulai sadarkan diri," ucap dokter itu optimis.

"Pasien yang sebelah sini juga dokter," sahut 3 perawat lainnya.

Dengan perlahan mereka mulai membuka mata masing-masing, dengan kompak mereka mengedarkan pandangan.

"Alhamdulillah Kivan, kamu udah sadar dan nggak jadi meninggal naak," ucap seorang wanita paruh baya yang sedari tadi menunggui pasien bernama Kivan, diikuti dengan helaan napas lega dan ucapan syukur dari orang-orang terdekatnya.

"Sanjaa?! Alhamdulillah bapak lega kamu tidak jadi meninggalkan bapak," kata seorang laki-laki paruh baya yang juga sedang menunggui anaknya sadar.

"Masyaallah Januu, nggak sia-sia mama sama papa jauh-jauh datang dari Lumajang akhirnya masih bisa liat kamu," sahut dua orang suami istri yang masih setengah baya.

"Alvian, syukurlah kamu tidak jadi meninggal," ucap dua orang pasangan kakek nenek.

"Bapak naak, ini bapak. Kamu inget sama kita yang ada disini kan?"

Mereka yang ada disana mencoba mengetes apakah keempat pemuda itu terkena amnesia atau tidak.

Sementara itu Kivan dan mas Naung hanya tolah toleh memastikan sesuatu, sedetik kemudian setelah memastikan sesuatu, mereka teringat akan seseorang.

"Nyimas! Nyimas Mae dimana?!"

"Maisha! Putri Maisha, kamu dimana?!" Teriak mereka berdua hampir bersamaan.

Semua yang mendengar teriakan Kivan dan mas Naung pun kaget sekaligus bertanya-tanya, siapakan sosok yang mereka berdua panggil ini?

Kivan pun bangkit tiba-tiba dan turun dari bangsal rumah sakit, namun sedetik kemudian cowok itu merasakan sakit di kepalanya dan hendak terjatuh kalau tidak di pegangi oleh ayahnya, sementara itu mas Naung hanya memegangi kepalanya yang masih terasa sangat sakit dan berat.

Keluarga mereka membantu anaknya masing-masing untuk kembali di tidurkan di bangsalnya.

"Nyimas Mae siapa sih nak, bangun-bangun kok langsung nyariin dia? Apa dia pacar mu?" Tanya ibu Kivan.

"Iya nih kamu juga Alvian, Maisha siapa?" Sahut seorang kakek yang ternyata adalah kakeknya mas Naung.

"Ki-Kita ada dimana?" Tanya Janu menyahuti.

"Di rumah sakit, kalian nggak inget habis jatuh ke jurang? Kalian udah koma 6 bulan, dan alat pendeteksi jantung kalian sempet ilang tadi," jawab papanya Janu yang merasa heran dengan kondisi anaknya beserta teman-temannya.

Get Lost In The 14th Century [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang