Lembar 36 || Bertemu Kakek Moyang Sanja.

43 15 1
                                    

Ditengah-tengah perjalanan, mereka menemukan suatu perkampungan kecil yang sederhana. Akhirnya mereka segera melambatkan langkah kuda masing-masing sembari memastikan ada orang di kampung ini.

"Akhirnya kau datang menemui ku wahay cucuku, kemarilah, aku sudah lama menunggu kedatangan mu," ucap seorang kakek tua agak kurus dengan berpakaian serba putih yang tiba-tiba menghampiri Sanja.

Sanja pun sempat ketakutan melihat gelagat kakek tua itu yang tiba-tiba menghampirinya.

"Siapa Ja? Kamu kenal?" Tanya mas Naung berbisik.

Sanja menggeleng ia pun langsung turun dari kuda dan mendekat kearah laki-laki tua itu dengan berhati-hati. Wingsang dan mas Naung pun juga turut turun dari kudanya dan melihat interaksi Sanja dengan kakek tua itu.

"Kakek ini siapa? Wajah dan suara kakek terlihat familiar," Tanya Sanja penuh tanda tanya.

"Hahahaa jangan takut cucuku, akulah kakek moyangmu, darah yang mengalir di tubuhmu adalah bagian dari darahku, dan yaa aku pernah menemui mu di mimpi sebelum kau datang kesini," jawab kakek itu sembari membuka kedua tagannya lalu memeluk Sanja.

"Aku yakin kau adalah garis keturunan dariku, aroma tubuhmu sama dengan aroma tubuhku. Aku tahu kau datang dari masa depan, dan Mpu Sasora ingin mempertemukan aku dengan garis keturunanku dari masa depan, inilah makna dari perjalananmu ini cucuku," jelas kakek penuh kelembutan.

Entah mengapa Sanja sudah tidak merasakan ketakutan lagi saat berhadapan dengan kakek tua itu. Ia bahkan tidak mampu menahan air matanya, cowok itu pun membalas memeluk kakek tua itu. Ia merasakan seperti sedang di peluk oleh kakeknya sendiri.

Mas Naung yang melihat interaksi antara Sanja dan kakek moyangnya pun ikut meneteskan air mata, sungguh pertemuan yang tidak terduga dan mengharukan.

"Cengeng," ejek Wingsang yang turut menyaksikan momen itu.

Mas Naung pun menoleh, ia hendak menjambak rambut Wingsang, namun ia urungkan begitu melihat Wingsang mengeluarkan air mata begitu banyak daripada dia.

Kita kembali ke Sanja, setelah puas kakek itu melepaskan pelukannya dari Sanja.

"Kampung inilah yang akan menjadi cikal bakal dari kota kelahiran buyut serta kakek nenek mu, cucuku. Kelak jika Majapahit telah runtuh pusat kerajaan akan bergeser ke Jawa Tengah, mulai dari kerajaan Demak, Pajang, Mataram semua akan berpusat di Jawa Tengah. Hal itulah yang akan menjadikan daerah-daerah di timur sungai Kaliwungu yang semula sepi menjadi lebih ramai dengan banyaknya pendatang yang bermukim disini."

"Mari mampir sebentar ke rumah kakek moyang mu ini," lanjutnya.

"Kalian juga mari mampir sebentar," sambung kakek tua itu lagi, kali ini ia tujukan Wingsang dan mas Naung.

Tanpa menunggu lama mereka segera mengikuti langkah kakek moyang Sanja sembari menuntun kuda masing-masing. Setelah menempuh perjalanan selama 5 menit, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah sederhana berdindingkan anyaman dari bilah-bilah bambu, orang jawa banyak menyebutnya sebagai gedek.

Begitu sampai kakek itu mempersilahkan mereka bertiga masuk, lalu kakek moyang Sanja mempersilahkan mereka untuk duduk.

Mereka pun berbincang-bincang sebentar dengan kakek moyang Sanja, menceritakan tentang apa yang terjadi di Majapahit, alasan mengapa mereka melakukan perjalanan ini selain bertemu dengan beliau dan masih banyak lagi.

Lalu setelah cukup lama mengobrol, Sanja bergegas berdiri dari duduknya.

"Kamu hendak pergi kemana lagi cucuku?" Tanya kakek moyang Sanja.

"Aku ingin ke Watu Ireng eyang, aku ingin menancapkan keris ini disana sebagai bukti jika kelak kami telah kembali ke masa depan keris ini akan menjadi bukti dari perjalanan kami berempat saat ini adalah nyata adanya," ucap Sanja menjelaskan.

"Baiklah kalau begitu, hati-hatilah dijalan," ucap kakek moyang Sanja memberi do'a.

Setelah pamit mereka bertiga pun kembali meneruskan perjalanan untuk ke Watu Ireng, yaitu suatu bukit batu berwarna hitam yang terletak di selatan Pekalongan.

Sesampainya disana Sanja langsung menancapkan keris pemeberian Mpu Sasora ini kedalam retakan batu hingga menancap sempurna.

Lalu setelah itu mereka bertiga langsung bergegas meneruskan perjalanan kembali, perjalanan panjang menuju kerajaan Sunda Galuh.

Get Lost In The 14th Century [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang