Mendengar cerita Mpu Sasora membuat semua anak muridnya yang ada di padepokannya terdiam hikmat, seakan terbawa hikayat pada masa itu.
Tak lama setelah Mpu Sasora menceritakan tentang keagungan sumpah palapa, tiba-tiba ada rombongan dari istana.
Mpu Sasora pun datang menemui rombongan tersebut. Lalu tak lama kemudian setelah Mpu Sasora selesai menemui mereka, beliau kembali ke hadapan anak muridnya, sepertinya rombongan itu membawa suatu pengumuman penting untuk mereka semua.
Mpu Sasora memberitahu mereka bahwa sekarang kerajaan Majapahit sedang membutuhkan prajurit-prajurit baru.
Karena katanya Patih Gajah Mada ingin meningkatkan invasinya ke negeri-negeri seberang, agar cita-citanya menyatukan bumi Nusantara segera terwujud.
Dan Mpu Sasora menyarankan kepada kami untuk mendaftar sebagai prajurit.
"Aku yakin kemampuan yang aku ajarkan kepada kalian cukup untuk menjadi bekal kalian sebagai seorang prajurit. Di tangan kalian lah masa depan negeri ini bertumpu. Mengabdilah untuk negeri mu agar tercapai cita-cita luhur itu," ujar Mpu Sasora penuh bijaksana.
Sambil terus masih terbayang-bayang tentang Gajah Mada, anak-anak murid padepokannya mengiyakan saran dari Mpu Sasora.
"Keren juga kalau nasib ku jadi kayak Patih Gajah Mada. Terus tiba-tiba nanti muka gue di jadiin prasasti atau nggak patung-patung sejarah kayak beliau, hehe," kata Kivan setengah berbisik kepada ketiga temannya yang sama-sama berbaris di barisan belakang.
"Terus ntar temen-temen atau orang-orang di sekitar ku pada bilang 'eh btw patung Patih Kusuma Wisnukancana kok mukanya mirip sama Kivan anak dari jurusan sejarah itu yak, apa jangan-jangan dia reinkarnasi atau cicitnya lagi?' hehe. Eh tapi nanti masa depan berubah nggak ya kalau aku disini tiba-tiba naik jabatan jadi patih yang gantiin Patih Gajah Mada kelak?" Lanjutnya.
"Halah, mana bisa kayak begitu Van. Ntar masa depan berubah kalau sampe mimpi mu itu jadi kenyataan," jawab mas Naung yang berada di samping kiri Kivan, dari nada bicaranya laki-laki itu terdengar setengah berbisik juga.
Setelah mendengar pengumuman itu hari-hari Kivan, Janu, mas Naung dan Sanja jalani dengan melatih ilmu bela dirinya dengan giat. Mereka berniat ingin menguasai ilmu kanuraganya walaupun tidak banyak tapi setidaknya ia menguasainya untuk berjaga-jaga.
"Hei bisa lebih fokus lagi tidak? Aku mengorbankan waktu latihan ku hanya untuk membantu kalian berlatih tau!" Kata Wingsang di suatu sore dengan nada kesal.
Mereka berempat mengabaikan semua makian Wingsang yang ditujukan kepadanya, namun hal itu membuatnya jengkel.
"Ck, kenapa Mpu guru tidak melatih kalian sendiri? Kenapa harus aku? Kalau beliau tidak bisa melatih kalian, kan bisa beliau meminta salah satu murid padepokanya yang cukup kuat untuk melatih kalian," gerutu Wingsang.
Mereka berempat tetap tak menggubris ocehan dari Wingsang, keempat pemuda itu masih terus melatih fokusnya.
"Aku tidak yakin kalian bisa lolos tes masuk prajurit itu," ejek Wingsang.
"Yeeuu belom di coba juga udah di ejek aja," jawab Kivan.
"Mengapa kau begitu percaya diri dan begitu yakin Kusuma? Kecuali kalau kau orang yang mempunyai ilmu bela diri serta kanuragan yang mumpuni seperti ku baru kau boleh percaya diri dan yakin bisa lolos."
Mas Naung, Sanja dan Janu hanya memasang wajah julid dan bergumam kesal, sementara Kivan, laki-laki itu menghentikan sejenak latihannya guna merespon ocehan Wingsang. Ia takut kalau-kalau ocehan Wingsang tidak ada yang menanggapi, pemuda tersebut akan tantrum dan membuat salah satu diantara mereka terluka lagi.
"Berisik! Dari tadi ngoceh mulu, kita jadi nggak bisa fokus niiih aelah. Terus kalau kamu ngerasa mampu kenapa nggak ikut daftar aja sih. Kan pendaftaran itu terbuka buat orang-orang awam kayak kita. Daripada ngomong doang sama aja kayak bohong," jawabnya sembari melanjutkan latihannya.
"Suka-suka aku lah, justru orang seperti ku tidak cocok kalau hanya daftar menjadi prajurit biasa begitu," ucap Wisang dengan bersendakap dada dan memasang wajah sombongnya
"Sombong amat sih nih anak, bangke!" Kivan menghentikan latihannya. Cowok berlesung pipi itu mengambil kerikil di sekitarnya dan melemparkan kerikil itu ke arah Wingsang, di ikuti dengan ketiga temannya.
"Hei hei heeii, beraninya kalian keroyakan melempariku memakai kerikil itu," jawab Wingsang yang berusaha menghindari serangan kerikil dari teman-temannya yang datang dari masa depan, pemuda itu sedang mencari celah untuk balas, namun sayang keempat temannya itu tak memberikan celah untuknya.
"Makan dulu nih kerikil sebelum mau sombong! Gedek kita ngeliat muka songong mu itu, ahahaha!"
"Kau ini bicara apa?! Dasar manusia aneh, nih rasakan pembalasan ku!"
Kelima pemuda itu saling bersenang-senang dengan saling melemparkan kerikil ke arah masing-masing sembari tertawa.
"Inilah mengapa aku meminta Wingsanglah yang melatih kalian, bukan orang lain. Aku ingin melihat kalian saling akrab dan menjadi teman di zaman ini maupun di zaman kalian kelak jika Wingsang terlahir kembali di masa depan," gumam Mpu Sasora sembari tersenyum dari kejauhan melihat kedua muridnya sedang bercanda.
"TOLOONG! TOLONG!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Lost In The 14th Century [END].
Fiksi Sejarah⚠️[JANGAN LUPA KASIH VOTE]⚠️ Pernahkah kamu mendengar mitos tentang dimensi lain? Atau pernahkah kamu mendengar cerita tentang orang tersesat di sebuah dimensi lain yang mengandung banyak sejarah? Mungkin semua ini terdengar seperti mitos belaka...