Lembar 45 || Berkumpul Kembali Part II (END).

49 16 2
                                    

Cowok itu menghembuskan napas kasar, ia menundukan kepala dan tersenyum getir mengingat akan cintanya selama ini.

Namun sedetik kemudian ia mendongak dan berlari kearah dua sejoli itu sambil tertawa kecil.

Janu, Sanja dan mas Naung kaget melihat apa yang akan di lakukan Kivan, mereka mengira Kivan akan menghajar Wisang, akhirnya mereka menyusul guna memisahkan Kivan dan Wisang.

"Wingsang anjing! Seenaknya aja dia nikung aku!"

Begitu sampai, cowok itu langsung memiting kepala Wisang seperti apa yang pernah ia lakukan saat hendak berangkat menuju kerajaan Sunda-Galuh.

Ia melakukan itu tidak sungguh-sungguh, hanya sekedar bercanda saja. Cowok itu juga menjitak kepala Wisang sembari tertawa.

"Lepasin! Uhuk! Aku nggak bisa napas, orang aneh!" Wisang meronta-ronta.

Sementara Gadis bernama Mae itu berusaha membantu kekasihnya melepaskan diri.

"Kamu apa-apaan siih! Lepasin pacar aku!"

"Van, Van udah vaan astaga!" Lerai Sanja, Janu dan mas Naung. Sementara itu Ilyana juga membantu meredakan keributan itu, walaupun sebenarnya dia masih tidak mengerti denga napa yang sebenarnya terjadi.

"Aku bela-belain kepenggal kepala ku buat ketemu nyimas Mae di masa depan eehh malah kamu tikung tanpa sepengetahuanku! Sekarang rasakan pembalasanku ini Wisang Almahera! Ahahahaha."

Kivan menjambak rambut Wisang sembari naik ke punggungnya, sementara Wisang yang dengan refleks memeganginya. Sesekali ia juga meraup, serta menarik hidung Wisang keatas sembari tertawa bahagia.

Sungguh, walaupun hatinya terasa sakit, namun Kivan tetap bahagia bisa berkumpul kembali bersama sahabat dan kekasihnya dimasa lampau.

Saat tengah asik bernostalgia dengan Wisang, Kivan tidak sengaja melihat sosok kakek-kakek yang mirip dengan Mpu Sasora yang tengah tersenyum dari kejauhan melihat interaksi mereka berempat.

"Kakek mpu," batinnya memanggil sosok itu, sedetik kemudian Sanja juga melihat sosok itu, sontak cowok itu memberi tahu kedua temannya bahwa Mpu Sasora tengah berkunjung.

Sosok itu tersenyum dan menganggukan kepalanya, melihat itu Kivan, Janu, Sanja dan mas Naung membalas tersenyum dan menganggukan kepalanya juga.

Namun posisi Kivan masih sama, yakni berada di gendongan pemuda bernama Wisang dan tangannya masih setia menarik hidung Wisang keatas.

Lalu sedetik kemudian sosok kakek Sasora itu hilang seperti asap yang tertiup angin.

"Kakek guru, terimakasih sudah memberi kita kesempatan untuk menjelajahi waktu ke masa lampau. Berkat kakek guru kita jadi banyak mendapatkan pelajaran, entah pelajaran hidup maupun pelajaran sejarah yang selama ini belum kita tahu.

Terimakasih sudah mempertemukan aku dengan sosok seperti Wingsanggeni, nyimas Dewi Larasvati,   dan nyimas Maisha. Kita  bisa belajar dari mereka juga.

Semoga di lain kesempatan kita bisa mengunjungi mu lagi kakek mpu guru."

Get Lost In The 14th Century [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang