Setelah selesai menikmati indah nya sunrise, mereka pun segera menyalakan kompor portabel yang di bawa oleh Sanja guna menyeduh air teh serta membuat kopi.
Ditengah angin dingin yang mulai menusuk tulang, mereka masih asik mengobrol bersama. Tak terasa sudah hampir dua jam mereka asik menikmati pagi di puncak gunung itu, dan tanpa mereka sadari sang mentari semakin lebar membuka matanya dan teriknya semakin terasa di pori-pori kulit.
Mereka akhirnya bergegas merapikan barang-barang yang sudah mereka keluarkan begitu sampai di puncak gunung tersebut.
"Woy! Lama amat sih kalian beres-beresnya," ejek Kivan.
"Ternyata kalau agak siangan gini pemandanganya makin keren ya bro," ujar Sanja yang sepertinya sudah berdamai dengan hawa dingin di sekitarnya.
"Iya dong! Eh tau nggak, konon jaman dulu raja Majapahit sebelum menentukan ibu kota kerajaan sebagai pusat pemerintahannya, mereka mendaki gunung ini terus konon katanya juga mereka disini memetakan wilayah-wilayah kekuasaannya," jelas mas Naung yang kata Kivan sok merasa paling sejarawan.
"Ah apa iya begitu mas? Mas ngaco nih pasti." Tanya Kivan tak percaya.
"Yeeuu di bilangin juga. Makanya kalau dosen ngejelasin tuh di simak, bukan malah turu lah, main ML lah kan jadinya ngang-ngong begini," ejek mas Naung.
"Alah, kita kan main ML nya mode mabar mas waktu itu," balas Kivan.
"Wuiih, pantesan mas dari sini bener-bener jelas banget pemandangan di bawahnya," celoteh Sanja yang tak menghiraukan pertengkaran Kivan dengan mas Naung.
"Jangan-jangan di atas batu ini mereka berdiri?" Kata Janu sembari mendekati batu besar yang tak jauh dari mereka berada dan menyentuhnya.
"Kayak ada bekas telapak kakinya juga," lanjut Janu sambil memegang bekas telapak kaki itu.
"Ha, perasaan tadi pas pertama sampai sini nggak ada nih batu?" ujar Sanja penuh ketakutan.
Sontak suasana menjadi tegang, aura mistis semakin pekat.
"Ah, apa iya Ja? Kan pertama kita sampai sini masih gelap, jadi nggak keliatan batunya," ujar mas Naung yang mencoba menenangkan.
Entah apa yang Kivan pikirkan, cowok itu dengan isengnya memanjat ke atas batu tersebut dan berdiri tepat di bekas telapak tangan itu.
"Jangan woy!" Teriak mas Naung sembari melarang ketakutan.
"Apaan sih mas, sejak kapan seorang mas Naung jadi penakut kayak Sanja begini," ejek Kivan yang masih berdiri di atas batu tersebut.
"Gimana Van dari situ, keren nggak pemandanganya?" Tanya Sanja yang sudah agak tenang dan tidak merasa ketakutan lagi. Untuk saat ini.
"Wow, jelas banget Ja. Suwer dah," jawab Kivan.
Namun saat tengah menikmati pemandangan dari atas batu besar tersebut, Kivan tiba-tiba menjerit ketakutan.
"WAARRGGHH!" Teriak Kivan ketakutan dan tiba-tiba saja cowok berdimple itu melompat turun dari atas batu.
"Kenapa sih Van kok tiba-tiba loncat turun gitu?" Tanya Sanja ketakutan.
"I-Itu Jaa liaat ituu disanaa ada kakek-kakek pake baju kayak pertapa gitu warna putiih," kata Kivan ketakutan, jarinya menunjuk kearah timur.
Sontak hal itu membuat mereka bertiga penasaran dengan apa yang di lihat Kivan, dengan kompak ketiganya ikut menengok kearah yang Kivan tunjuk.
Dan benar saja, mereka bertiga juga melihat sosok kakek-kakek itu.
"WAARRGGHHH! IYAA WEEHH, ITU MANUSIA APA BUKAAN!" Sanja tak kalah histeris.
"Ini cuman halusinasi kita kan? I-Ini nggak nyata kan guys?" Tanya Kivan dengan nada dan tubuh yang sudah gemetar.
Lalu di tengah ketakutan mereka, kakek itu menghilang begitu saja, hal itu membuat mereka berempat ketakutan, terutama Sanja.
"D-DIA ILAANG VAANN, ILAANG! F-FIX SIH B-BUKAN MANUSIA," Sanja semakin histeris begitu melihat kakek-kake itu menghilang begitu saja.
"Aku yakin kita cuma halu karena kecapekan, " ucap kivan ketakutan sambil memperhatikan sekelilingnya, begitu juga dengan ketiga temannya.
Langit yang semula terang mendadak mendung dan mengeluarkan kilatan petir, menambah suasana menjadi tegang dan kabut pun berduyun-duyun datang menghampiri mereka.
Melihat keadaan sekitar yang tiba-tiba menjadi mencekam membuat mereka semakin panik.
"Ayo kita turun aja, perasaanku nggak enak," ajak mas Naung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Lost In The 14th Century [END].
Ficción histórica⚠️[JANGAN LUPA KASIH VOTE]⚠️ Pernahkah kamu mendengar mitos tentang dimensi lain? Atau pernahkah kamu mendengar cerita tentang orang tersesat di sebuah dimensi lain yang mengandung banyak sejarah? Mungkin semua ini terdengar seperti mitos belaka...