12.

60 3 0
                                    

Sejauh ini Viona dilarang keluar rumah, untunglah ia diperbolehkan keluar kamar. Di depan pintu rumah selalu ada 2 orang bawahan Rei yang menjaganya agar tidak kemana-mana.

Viona yang awalnya marah, lama-lama lelah hingga akhirnya sedih dan menangis karena merasa bagaikan burung dalam sangkar emas.

Pintu kamar terbuka dan masuk sosok menyebalkan yang menyebabkan ini semua, Rei Dirga Rahardja!

"Why are you crying?", tanya Rei.

Serius dia masih pakai tanya? Pikir Viona. Sebenarnya ia ingin marah-marah, tapi rasanya that strategy won't work. Akhirnya Viona memutuskan menggunakan... silent treatment.

Viona tidak menjawab pertanyaan Rei dan langsung menyelimuti dirinya di kasur memunggungi Rei.

Rei yang melihatnya kemudian menyusul Viona tidur di samping. Ia melirik Viona, kemudian dipeluk istrinya dari belakang. Viona memberontak, tapi tenaga Rei jauh lebih kuat. Saking kesalnya, Viona menggigit kencang lengan Rei yang mengalung di lehernya.

"Aaaargh", teriak Rei akhirnya melepas Viona.

"Biru nggak?", tanya Viona.

"Iya nih!"

"Sukurin", ucap Viona sebelum kembali tidur lagi. Rei hanya bisa melongo.

Akhirnya Rei membiarkan Viona tidur, Rei sendiri juga lelah setelah kerja seharian.

°°°

Sudah beberapa hari ini Viona mendiamkan Rei, bahkan ditanya pun tidak menjawab. Lebih parahnya lagi, kini Viona menghindari Rei juga. Kalau Rei ke kamar, Viona keluar. Kalau Rei ke meja makan, Viona angkat kaki. Kalau Rei ikut duduk di sofa, Viona berdiri dan pergi. Mereka seperti kembali ke keadaan seperti awal mereka menikah.

Suatu hari Rei tidak tahan lagi. Ia sangat tersiksa karena keadaan ini, apalagi sekarang Viona jadi tidak mau disentuh.

Rei mencegah Viona yang hendak menjauh dari sisinya, "kenapa marah terus?"

Viona masih diam, Rei mencoba lagi.

"Sekarang kamu boleh keluar rumah kok, aku tak melarang", ucap Rei.

Viona masih tetap diam.

"Please, Vio. Aku harus gimana supaya kamu maafin aku?"

Viona akhirnya bersuara, "minta maaf dulu ke Felix".

Rei terdiam sesaat, sebelum akhirnya menghela nafas.

"Kalau aku melakukannya, kamu janji tidak marah lagi?", tanya Rei.

"Yes", jawab Viona.

"Mana nomornya?"

Viona segera memberi nomor Felix. Rei terlihat sibuk mengetik di ponselnya.

Gue minta maaf atas kejadian tempo hari-Rei

Rei memperlihatkan pesan singkatnya ke Viona sebagai bukti.

Sebenarnya Felix juga tidak akan memperpanjang urusan ini dan dia sudah memaafkan Rei. Namun, Viona ingin memberi Rei pelajaran. Viona juga ingin melihat prioritas Rei, egonya atau dirinya?

Walau cuma satu kalimat, Viona tahu Rei rela menurunkan egonya demi dirinya. Viona jadi tersenyum.

"Tak kusangka seorang Rei yang sombong bisa minta maaf juga", Viona tidak tahan untuk menggoda Rei.

"Kamu sudah tak marah lagi?", tanya Rei lega. Ia pun ikut tersenyum melihat senyum Viona telah kembali.

Rei langsung memeluk Viona dan mencium bibirnya. Hasrat yang sudah ditahan berhari-hari. Rei menciumnya dengan ganas.

"Mmm,mmm, mmm", Viona mendesah di sela-sela ciuman Rei. Jujur saja selama ini ia juga merindukan ciuman dan sentuhan Rei. Berkali-kali ia menahan diri untuk tidak memeluk dan bersandar di tubuh atletis suaminya, karena itulah ia sengaja menghindari Rei agar tidak kebablasan.

Rei melepas ciumannya dan memandang intim pada Viona kala kening mereka saling menempel.

"I miss you, Vio".

"I miss you too, Rei".

Rei langsung membopong Viona ke kamar. Malam itu mereka saling melepaskan hasrat bersama dan menyadari sesuatu. Make up sex is the best.

 Make up sex is the best

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang