__ DEVA __
"kak tiupin dong" lucy menyodorkan buble kearahku sembari meloncat-loncat di depanku menanti buble yang akan aku tiup. aku tersenyum dan mengacak rambutnya. karena lagi-lagi bocah ini datang dan menghampiriku dengan tiba-tiba.
"mama kamu mana ?"
Lucy menunjuk kesebuah bangku didekat kolam. "itu mama disitu"
Aku terkekeh dan kembali mengacak rambutnya. aku kira dia kabur lagi dari mamanya.
Matahari semakin tinggi, bertanda hari sudah semakin siang. tidak tersa sudah cukup lama aku dan lucy bermain buble.
"uda siang kamu nggak mau pulang ?" tanyaku pada lucy yang sedang asik memecahkan gelembung-gelembung yang masi beterbgan.
"Kakak nggak mau main sama.lucy ?" lucy mencebikkan bibirnya.
Aku terkekeh melihat sikap manisnya. "bukanya kakak nggak mau main sama lucy, tapi ini uda siang, kakak juga mau pulang mandi, badan kakak bau ini, lucy mau main sama kakak bau ?"
Lucy malah tertawa "enggak mau ah kak".
Aku mengacak rambutnya lagi "yaudah ayo kakak anterin ke mama". aku menggandeng lucy dan mengantarnya kepada mamanya.
Mama lucy masi sangat muda, mungkin masi sekitar umur tigapuluhan. aku sudah sempat berkenalan dengan mama lucy, saat pertama kali aku bertemu lucy ditaman ini, namanya Rosi.
"pulang yuk mah" lucy menarik majalah yang sedang dibaca mamanya.
Kak rosi mendongak mentapku "makasih ya deva, kamu uda mau menemani lucy main"
"Iya kak, seneng kok main sama lucy"
"Kapan-kapan ajak kak deva main kerumah ya mah" lucy menarik-narik baju mamanya. "iya sayang"
"Kami pulang dulu ya dev"
"Iya kak" aku melambaikan tangan sembari menatap kepergian mereka.
###
Aku merebahkan tubuhku di sofa depan tv dengan comic dan juga cemilan.
"Neng ada telfon" mbak asri menghampiriku dengan membawakan ponselku yang terua beegetar. yang entar tertinggal dimana tadi.
Aku menerima ponsel yang diserahkan oleh mbak asri "maksih mbak". ternyata hana.
"ada apa han ?"
"lo dimana dev ?" kebiasaan si hana kalo ditanya pasti balik nanya.
"dirumah han, kenapa ?"
"aku kesana ya" ini pernyataan bukan pertanyaan.
"oke. aku tunggu"
Tidak lama kemudian hana datang dengan menenteng sekantong cemilan. aku terkekeh melihat wajahnya yang manyun. aku sangat faham apa tujuannya kesini, pasti dia mau curhat sambil nyemilin snack yang dia bawa.
"Hubunganku sama riko udah nggak bisa diselametin dev" tuh kan apa aku bilang "semalem kita uda putus" kali ini aku menegakkan dudukku.
"Serius lo ?" Hana mengangguk "kalian uda pacaran lama kali ngapain putus"
Hana tidak menjawab pertanyaanku, dia malah memelukku dan menangis, aku mengelus pelan punggungnya.
"Kenapa si hana ?" aku mendongak kaget mendengar suara itu, kak danar sudah berdiri diambang pintu dengan ekspresi kaget sekaligus cemas.
Kak danar mendekat dan mengulangi pertanyaannya "kenapa hana ?". aku mersakan hana semakin mengeratkan pelukannya ketika mendengar pertanyaan kak danar.
"Nanti aja deh kak ceritanya" aku berbisik pada kak danar yang sekarang sudah duduk di depanku.
Beberapa menit kami hanya terdiam, hana sudah mulai tenang setelah menceritakan semuanya padaku, pastinya tanpa kak danar. aku dan hana meninggalkan kak danar di ruang tengah, lalu kami pindah di gazebo belakang samping kolam renang.
"Aku balik aja deh dev"
"Beneran mau langsung balik ?"
"iya. kan lo juga lagi ada kak danar sih"
"oke lah"
Aku mengikuti hana kembali keruang tengah untuk mengambil tasnya yang ditinggal disana.
"makasih ya dev, gue pulang dulu"
"mau langsung pulag han ?" tanya kak danar yang langsung bangkit dari tidurannya.
"iya kak"
"aku anter ya" tawar kak danar
"nggak usah kak, aku naik taxi aja"
"dengan muka lo yang kayak gitu, lo masi yakin mau naik taxi ? udah aku anter aja" kak danar menyambar jakernya dari sandaran sofa "dev aku nganter hana dulu nggak papa ?"
"iya kak" aku mengantar mereka sampai depan dan menatap kepergian mereka sampai mobil kak danar benar-benar keluar dari gerbang rumahku.
Aku merasakan perasaan yang aneh menjalar di dadaku, rasanya sesak dan aku belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADEEVA
Teen FictionHidup tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, dalam hidup kita akan dihadapkan pada kenyataan yang menyenangkan bahkan yang menyakitkan, tapi kita tidak bisa menghindar dari semua kenyataan itu. Selain itu dalam hidup juga kita akan dihada...