Dia

132 7 0
                                    

Waktu berjalan begitu cepat jika kita menikmatinya. Hari senin yang biasanya berjalan sangat lambat dari enam hari lainnya kini berlalu begitu saja, seperti semua rintangan sudah teratasi dengan begitu mudahnya.

Ujian akhir sekolah untuk kelas duabelas tidak terasa sudah terlewati, ketegangan merayap pada setiap siswanya. Menunggu sebuah kabar yang pastinya diharapkan oleh setiap siswanya sebagai kabar baik.

Ujian akhir semester oleh kelas sepuluh dan sebelaspun sudah terlewati dengan begitu cepat. Dan sekarang kami sedang manikmati liburan panjang yang telah lama kami nantikan ini.

"Kenapa nggak nyusul kakak kesini aja sih dev" Kak vero berbicara dengan tergesa-gesa, pasti dia sedang sibuk dan menyempatkan menelfonku.

"Enggak deh kak, aku dirumah aja. Nanti kalo aku bosen aku kesana deh"

"Beneran ?"

"Iya kak"

"Oh iya gimana kabar si danar ? dia jadi kuliah di singapur ?"

Yah, aku memang pernah menceritakan tentang kak danar yang berencana kuliah ke singapur pada kak vero, dan aku memang selalu menceritakan apapun pada kakak ku itu.

"Entahlah kak, kak danar juga masi bingung"

"Trus kamu nggak papa kalo ditinggal danar ke singapur ?"

"Ya nggak papa lah kak, emang aku bisa apa". Bohong! "Ah sudahlah kak nggak usah dibahas, sepertinya kakak sedang sibuk, lebih baik kakak selsaikan pekerjaan kakak lalu istirahat"

Aku bisa mendengar kak vero menghela nafas sebelum bicara.

"Yaudah kamu juga istirahat"

"Ya"

Aku meletakan ponsel dimeja sebelahku lalu membenamkan wajahku ke sandaran sofa, sebenarnya aku ingin keluar rumah tapitangga aku sedang menunggu seseorang yang smemaksa ingin main kesini.

"Neng.."

Aku membalikkan tubuhku kearah suara mbak asri "Kenapa mbak ?"

"Ini mau ditaro mana ? kenapa digeletakim di pinggir kolam aja tadi" Mbak asri sedang menenteng sebuah gitar kecil berwarna biru, hadiah ulang tahun dari kak danar tahun lalu.

Aku menepuk keningku karena lupa dan meninggalkannya tergeletak begitu saja setelah berlajar beberapa lagu tadi sore "Sini aja mbak"

Mbak asri menyerahkan gitar itu padaku "Makasih mbak"

Aku memang tidak mahir memainkannya. Kak danar yang sangat jago bermain alat musik ini dan aku belajar darinya, lalu kak danar memberikan hadiah ini padaku untuk meningkatkan kemampuanku memainkannya, karena kak danar bilang aku berpotensi mahir memainkannya. Ya aku tau kak danar hanya menghiburku.

Aku memangku benda biru ini dan mulai memainkan lagu faforitku yang sedari tadi sore kupelajari.

Jreeng....

Loving can hurt, loving can hurt sometimes.

Aku tertawa sendiri mendengar suara cemprengku. Tapi aku tetap melanjutkan nyanyian dan permainan gitarku. Toh nggak ada yang bisa denger suara cemprengku ini, kecuali mbak asri di dapur sana.

Loving can hurt, loving can hurt sometimes.

But it's the only thing that I know

When it gets hard, you know it can get hard sometimes

It is the only thing that makes us feel alive

ADEEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang