Perubahan

71 6 0
                                    

- DANAR -

Ini sudah dua tahun lebih aku pindah ke singapura untuk melanjutkan pendidikanku, ditahun pertama aku hanya bisa fokus dengan perkuliahanku tanpa memikirkan kehidupan pribadiku, sejak aku pergi dari rumah aku tidak pernah kembali ke indonesia, terkadang mama, papa dan arinalah yang berkunjung kesini menjengukku. Kehidupanku disini tidak banyak berubah karena aku hanya menyibukkan diri dengan belajar.

Ditahun kedua hana datang menyusulku, ya hana..... tunanganku, sejak keputusanku pergi berkuliah ke singapura kedua orang tua kami memaksa kami untuk bertunangan, bahkan diumur kami yang terbilang masih muda dan masih labil, tapi orang tuaku meyakinkan bahwa karena kami masih labil dibutuhkanlah ikatan itu agar kami bisa memiliki rasa tanggung jawab.

Dengan datangnya hana kesini kehidupanku sedikit berubah, dia selalu bersamaku setiap hari, walaupun terkadang aku menemaninya hanya setengah hati aku selalu menemaninya kemanapun dia mau. Aku dan hana tidak pernah membahas kehidupan kami di jakarta, karena menurut kami kehidupan kami disana sangat sensitif dan tidak perlu dibahas lagi. Sejujurnya sampai saat ini aku masih menanggung beban yang sangat berat, aku memang menyayangi hana tapi rasa sayang itu telah berubah sekarang, dengan bertambah dewasa aku bisa memahami apa perasaanku kepada hana yang sesungguhnya.

"Kak ngelamun aja sih" sentuhan hana di bahuku membuyarkan semua lamunanku "ayo dimakan, nanti dingin nggak enak" aku hanya tersenyum menanggapi perkataan hana dan langsung melanjutkan makanku tanpa selera.

Selesai makan kami langsung kembali ke asrama, aku dan hana bejalan pelan dengan hana yang bergelayut manja di tangan kiriku, yah beginilah hana dia selalu menempel padaku. "Ini sangat nyaman" gumam hana sambil mengeratkan pelukannya di lenganku.

"Hana.."

"Hmm.." jawabnya sambil tetap bergelayut di lenganku.

"Kamu nggak kangen rumah ?" Tidak tau kenapa pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulutku.

Seketika hana langsung melepaskan pelukannya di tanganku kemudian berhenti dan mentap tajam kearahku "enggak aku nggak kangen sama rumah" jawabnya mantap "apa jangan-jangan kak danar memang yang kangen sama rumah ?"

Hana selalu memaknai kata "rumah" dengan arti lain, dia akan marah jika aku menanyakan soal rumah, tapi sebelumnya dia tidak pernah semarah ini. "Apa tidak cukup hanya dengan aku berada disini ?" Hana mulai histeris "apa kakak butuh yang lain ?"

"Aku hanya bertanya hana" jawabku menenangkannya "karena sudah setahun lebih kamu disini dan kamu tidak pernah pulang"

"Terserah kak danar saja" hana langsung berbalik dan meninggalkanku. Aku langsung mengejarnya dan menahan tangannya agar dia tidak pergi, ini adalah pertengkaran pertama kami, sebelumnya hana tidak pernah semarah ini. Aku menariknya dalam pelukannku mencoba menenangkannya agar tidak mengangis tapi tangisnya malah pecah di dalam pelukanku.

***

Aku dan hana duduk berhadapan disebuah kedai kopi di dekat asrama hana, dia masih diam dan menunduk menatapi secangkir kopinya yang belum diminum sedikitpun.

"Maafkan aku.." ucapku dan hana berbarengan.

"Tidak han, maafkan aku, aku tidak akan lagi membahas...."

"Tidak kak aku yang minta maaf" hana memotong ucapanku cepat "aku tidak seharusnya seegois ini"

Aku mengenggam tangan hana, mencoba mengalirkan rasa nyaman agar dia tidak merasa gelisah seperti sekarang ini, aku tau dan sangat faham kalau hana sebenarnya sedang menahan diri, dia tidak mau mengungkapkan semua yang dia rasakan, entah karena dia tidak ingin menyakitiku atau malah dia sedang menyembunyikan rasa sakitnya, aku tidak tau pasti.

ADEEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang