Prolog.

3K 82 9
                                    

******

Salena merasa jengah dengan suara-suara nyanyian dari seberang rumahnya. Ini sudah pukul 10 malam, tapi kos-kosan itu masih sangat ramai.

Lebih tepatnya berisik, karena Salena butuh istirahat, dan ini bukan jam yang tepat untuk bernyanyi-nyanyi tidak karuan seperti itu.

Karena kesal, Salena memilih keluar dari rumah dan terpaksa menghampiri tersangka dari keributan ini.

"Heh, Raigan! Lo tau kan ini jam berapa?" Tanya Salena langsung pada cowok berjaket ungu gelap itu. Tidak peduli dengan tatapan heran dari teman-temannya yang lain.

Raigan langsung mengetuk layar ponsel di sampingnya, sepertinya melihat jam yang tertera di sana.

"Jam 10, kenapa, Sal?" Tanya Raigan polos.

"Gue mau tidur, njir. Lo semua berisik, ganggu banget tau?" Tegur Salena.

"Ya elah, Sal, itung-itung pengiring tidur aja napa." Ucap salah satu teman Raigan yang berada di sana.

Salena tahu dia siapa. Tapi Salena tidak berminat untuk merespon candaannya. Toh yang Salena kenal di sini hanya Raigan, dan Salena tidak mau repot-repot berkenalan dengan mereka.

"Iya, maaf, Sal. Gue berhenti."

Merasa puas, Salena kembali ke rumahnya. Meninggalkan perkumpulan orang-orang aneh itu.

"Eh, Rai, kok bisa sih, dia mau ngomong sama lo?" Tanya Panji, orang yang tadi mencandai Salena.

"Maksud lo?"

"Ya lo tau kan, gue ajak ngomong aja malah di bombastic side eyes kaya tadi. Ngeri banget lagi!"

Raigan tertawa, "Ya salah lo juga, orang lagi kesel malah di bercandain."

"Kesel gak kesel dia gitu ke gue. Bukan cuma gue, tapi semua anak kos sini. Kayanya cuma sama lo doang dia ngobrol."

"Takut kali dia sama muka lo."

"Lo kira muka gue kaya apaan!?"

"Pikir aja sendiri."

*****

Cerita baru lagi, hehehe.

Semoga suka dengan cerita Mentari dan Semestanya!

Enjoy♥️♥️♥️

Mentari & Semestanya [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang