9. Curios

643 79 3
                                    

****

Salena merasa jengah dengan suara-suara nyanyian dari seberang rumahnya. Ini sudah pukul 10 malam, tapi kos-kosan itu masih sangat ramai.  Padahal Salena sudah mengingatkan Raigan sebelumnya tadi siang.
 
Lebih tepatnya berisik, karena Salena butuh istirahat, dan ini bukan jam yang tepat untuk bernyanyi-nyanyi tidak karuan seperti itu.

Biasanya Salena masih bisa bersikap bodo amat atas kegaduhan dari seberang sana. Tapi kali ini, pikirannya terus tertuju pada setiap lirik yang dinyanyikan.

 
Entah karena suasana sekitar yang sepi, atau karena pikiran Salena tanpa sadar memfokuskan pendengarannya sendiri.

Kau cantik hari ini,
Dan aku suka...
Kau lain sekali,
Dan aku suka...

Cantik. Kata yang tadi siang Raigan ucapkan pada Salena. Dan sekarang, kata itu masih terngiang seiring lagu yang dinyanyikan oleh sekumpulan cowok di seberang sana.

Karena kesal, Salena memilih keluar dari rumah dan terpaksa menghampiri tersangka dari keributan ini.

Padahal Salena hanya ingin memungkiri perasaan aneh yang bergejolak sedari tadi. Ia tidak akan membiarkan suara Raigan terus menghantui pikirannya.

"Heh, Raigan! Lo tau kan ini jam berapa?" Tanya Salena langsung pada cowok berjaket ungu gelap itu. Dia duduk menyandar di saung kosan. Tidak peduli dengan tatapan heran dari teman-temannya yang lain.

Raigan langsung mengetuk layar ponsel di sampingnya, sepertinya melihat jam yang tertera di sana.

"Jam 10, kenapa, Sal?" Tanya Raigan polos.

"Gue mau tidur, njir. Lo semua berisik, ganggu banget tau?" Tegur Salena.

"Ya elah, Sal, itung-itung pengiring tidur aja napa." Ucap salah satu teman Raigan yang berada di sana.

Salena tahu dia siapa. Tapi Salena tidak berminat untuk merespon candaannya. Toh yang Salena kenal di sini hanya Raigan, dan Salena tidak mau repot-repot berkenalan dengan mereka.

"Iya, maaf, Sal. Gue berhenti." ucap Raigan akhirnya.

Aneh. Beberapa jam lalu Salena masih bisa menatap tajam pada cowok bersuara lembut ini. Kenapa sekarang sekedar menatap matanya saja Salena tidak sanggup?

Merasa puas, Salena kembali ke rumahnya. Meninggalkan perkumpulan orang-orang aneh itu. Dan memastikan dirinya tidak akan terbawa aneh seperti mereka.

"Lo cuma salting karena di bilang cantik, Salena. Bukan karena hal lain." Gumam Salena pada dirinya sendiri.

Kata-kata Raigan saat malam itu kembali terngiang.

"Gue yakin di luar sana, ada orang yang bisa ngeliat lo dengan sangat baik. Orang yang tau kalau lo itu berharga. Orang yang matanya selalu berbinar setiap kali ngeliat lo. Itu pasti ada, Sal."

Salena menghela nafas berat.

Orang baru yang di maksud Raigan ini, bukan dirinya sendiri kan?

******

Raigan tersenyum kecil melihat kepergian Salena. Cewek itu mulai berani untuk menghampiri Raigan sekarang, padahal Raigan sedang bersama teman-teman kosnya.

"Eh, Rai, kok bisa sih, dia mau ngomong sama lo?" Tanya Panji, orang yang tadi mencandai Salena.

Raigan mengerutkan kening, "Maksud lo"
 
"Ya lo tau kan, gue ajak ngomong aja malah di bombastic side eyes kaya tadi. Ngeri banget lagi!"

Kali ini Raigan tertawa, baru segitu Panji sudah ketar-ketir. Bagaimana kalau dia mengalami apa yang Raigan alami?

"Ya salah lo juga, orang lagi kesel malah di bercandain." jawab Raigan akhirnya.

Mentari & Semestanya [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang