13. Mbak Mentari

638 76 9
                                    

*****

******

Raigan memarkirkan motor tepat di depan rumah Salena. Mereka baru sampai ketika hari sudah cukup gelap. Dan untungnya, Salena tidak lagi mengomeli Raigan.

"Sal, thanks ya, lo udah bisa nahan diri buat gak ngamuk-ngamuk di depan ortu gue seharian ini."

Karena jika itu terjadi, bukan hanya dari Salena, Raigan juga akan mendapat serangan dari orang tuanya sendiri karena membawa anak gadis orang tanpa persetujuan.

"Hm, dan gue harap ini terakhir kalinya lo ngajak gue pergi."

Sebenarnya Raigan sedikit heran. Sebelum-sebelumnya Salena memang jutek pada Raigan, tapi akhir-akhir ini dia tidak pernah lagi menjaga jarak dengan Raigan sejak mereka resmi berteman.

Tapi, sejak acara memasak di dapur, sikap Salena kembali dingin pada Raigan. Dan parahnya, Raigan masih belum tahu apa penyebabnya.

Padahal Raigan sudah mengingat-ingat barangkali ada tindakan nya yang salah.

"Lo kenapa, Sal? Kok balik jadi mode Mbak Mentari gini?" tanya Raigan.

"Mentari sama Salena itu sama, Rai. Gak ada mode Mentari atau Salena."

Tuh kan, sinis nya muncul lagi.

Ternyata bukan hanya warna bunglon yang bisa berubah, tapi sikap Salena juga.

"Kalau gue ada salah, gue minta maaf deh. Tapi serius, gue masih gak tau salah gue apa."

"Gak perlu maaf. Lo gak se-spesial itu sampai bisa ngubah mood gue."

Tidak spesial, katanya?

Padahal sejauh ini Salena cukup mempengaruhi pikiran Raigan.

Jadi begini ya, rasanya bertepuk sebelah tangan?

******

Raigan menghirup inhaler yang ia gunakan sejak pagi. Bahkan ke kampus pun Raigan bawa, karena memang hidungnya sedang tersumbat dan membuat Raigan kesulitan bernafas.

Ternyata Raigan bisa tumbang juga. Walaupun hanya sekedar pilek dan sedikit demam.

"Gue ngeliat lo kaya abah-abah di pos ronda, Rai." ledek Panji.

Mentari & Semestanya [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang