22. Don't Go

551 64 6
                                    

******

"Sal, nanti malem gue mau main ke rumah lo, boleh kan?" tanya Raigan setelah menyimpan buku berat tadi di dalam rumah Salena.

"Tumben banget izin segala, biasanya nyelonong aja datang."

"Gue takut ganggu, Sal, lo kayanya mau ngerjain tugas sampai bawa buku sebanyak itu."

Tadinya iya, tapi suasana hati Salena sedang tidak baik. Rasanya percuma berkutat dengan tulisan-tulisan yang tidak akan masuk ke pikirannya.

"Nggak, gue gak ngerjain sekarang."

"Kalau gitu nanti gue ke sini lagi, lo sediain cemilan yang banyak ya."

Salena mengangguk dan tersenyum pasrah. Stok camilannya memang menjadi cepat habis semenjak Raigan sering datang ke rumah. Itu pun di tambah dengan yang Raigan beli sendiri.

"Kalau gitu gue pamit dulu, jangan kangen."

"Eh, Rai!"

Raigan yang sudah berada di ambang pintu menghentikan langkah dan kembali berbalik menghadap Salena.

"Kenapa? Beneran kangen ya?"

"Bukan,"

"Terus?"

"Nanti, bawa gitar ya?"

Ini adalah kali pertama Salena meminta Raigan membawa gitar, Biasanya dia tidak terlalu mempedulikan alat musik satu itu.

"Oke."

******

Raigan sudah siap untuk kembali menemui Salena. Dia sudah mandi, sudah wangi, dan juga ganteng.

Bukan jumawa, Raigan hanya mengatakan fakta. Buktinya Salena juga mau kan sama Raigan?

Hh, membicarakan itu Raigan jadi ingat akan perasaannya yang masih di gantung.

Saat akan mengunci pintu, Raigan teringat bahwa tadi Salena meminta Raigan untuk membawa gitar. Tidak biasa, memang. Mungkin Salena kecanduan untuk bernyanyi bersama Raigan.

Tidak ada yang melarang Raigan untuk percaya diri kan?

Raigan membawa gitar itu, dengan santai dia menyebrangi jalanan yang sedang sepi. Ternyata Salena sedang berada di luar rumah. Dengan beberapa toples camilan dan dua gelas minum. Pasti dia menunggu Raigan.

"Feelingnya kuat banget ya, sampai semuanya udah siap waktu gue dateng?" sindir Raigan pada Salena yang tadinya sedang termenung.

"Lo kan selalu dateng jam segini, Rai."

Emang iya? Padahal Raigan tidak pernah merasa menjadwal kedatangan nya.

Mentari & Semestanya [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang