4. About Friendship

694 77 2
                                    

****

Alunan musik itu mengalun menemani sorenya Salena. Hari ini tidak ada hujan, membuat senja terlihat begitu indah dari salah satu sisi dinding kaca rumahnya.

Sinar jingga itu menyusup masuk ke dalam rumah. Membuat Salena teringat akan moment-momet hangat yang pernah mengisi rumah ini.

Tentunya, saat semuanya belum sehancur sekarang.

Tapi, hari cerah ini membuat Salena teringat ucapan Raigan semalam. Katanya harinya akan cerah ya? Sekedar kebetulan, atau bagaimana?

Tentu saja kebetulan. Salena tidak akan tergiur untuk menganggap semua ucapan tidak jelas dari Raigan. Selain tidak jelas, dia juga ceroboh.

Bagaimana bisa semalam Salena menemukan nama Raigan Aditya di buku yang seharusnya miliknya?

Awalnya, Salena kira cowok itu iseng menulis nama itu di bukunya. Tapi setelah membuka halaman-halaman selanjutnya, buku itu jelas bukan milik Salena. Dan dengan sangat terpaksa, Salena harus menukarnya kembali.

Salena harap, Raigan tidak akan lagi mengganggunya. Cukup Lyony yang membuat Salena pusing, karena selalu menganggap teman pada Salena yang sama sekali tidak ingin memiliki teman.

Pertemanan itu omong kosong bagi Salena. Membuang waktu sia-sia untuk orang-orang yang belum tentu selamanya menjadi temanmu. Memberitahukan semua kelemahanmu pada mereka yang kamu anggap teman, dan membuat mereka bisa dengan mudah membunuhmu kapan saja.

Itukah pertemanan yang sering di anggap istimewa oleh semua orang?

*****

"Lo mau ke mana sih, Rai? Biasa juga ikut nongkrong di saung, ini udah gaya-gayaan aja." Ucap Farrel yang masih memaksa Raigan ikut berkumpul padahal Raigan sudah bilang tidak bisa.

Dengan tidak tahu dirinya dia masuk ke kosan Raigan dan terus mengorek informasi. Padahal Raigan maunya tidak memberitahu dulu Farrel soal Lyony karena dia suka heboh.

"Malem minggu, Rel. Masa iya gue sama kalian mulu." Jawab Raigan sambil menyisir rambutnya, menata gaya apa yang sekiranya cocok dan membuat Raigan terlihat keren.

"Alah, gaya lo ngomong malam minggu. Jalan sama siapa lo? Kaya ada yang mau aja."

Hm, sepertinya sesekali Raigan harus menyumpal mulut Farrel. Enaknya dengan apa ya?

"Takut lo pingsan kalau tau gue jalan sama siapa."

"Siapa emang? Ngegebet Lyony aja lo cupu setengah mati."

Raigan meraih handphonenya, kemudian men-dial nomor Lyony di sana. Sengaja Raigan loud-speaker agar Farrel dapat mendengar jelas.

"Halo, Rai?" suara Lyony menyapa.

"Hai, Lyony. Lo udah siap? Perlu gue jemput?"

Raigan menahan diri untuk tidak tertawa melihat ekspresi wajah Farrel sekarang. Cowok itu ternganga, seolah masih tidak percaya bahwa yang Raigan hubungi adalah Lyony.

"Oh, gak usah. Kita ketemu di cafe aja."

"Oke, hati-hati ya."

"Thank you, Rai. Lo juga."

Panggilan di matikan. Dan raut kemenangan terpampang jelas di wajah Raigan sekarang.

"Anjirlah! Beneran jalan sama Lyony ternyata." Ucap Farrel begitu bersemangat.

Raigan tersenyum bangga, "Doain gue ya."

"Pasti, bro. Gue akui lo gak cupu sekarang."

Untungnya Raigan tidak perlu susah-susah untuk mengusir Farrel karena cowok itu sudah pergi lebih dulu. Tidak ingin berlama-lama, Raigan pun turut keluar kosan dan menguncinya.

Mentari & Semestanya [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang