11. Deja Vu

665 70 2
                                    


*

*****

Minggu, hari yang membuat Salena over thinking selama beberapa hari terakhir akhirnya datang juga. Selain karena ajakan Raigan, Salena juga bingung harus menggunakan pakaian seperti apa sekarang.

Terlebih Raigan tidak memberitahu kemana mereka akan pergi. Biar begini Salena tetap tidak mau kalau harus salah kostum.

Akhirnya, pilihan Salena jatuh kepada jeans cargo berwarna biru dengan sweater berwarna biru navy. Ia hanya tinggal menambahkan hijab segiempat berwarna hitam, dan selesai.

Bel berbunyi, yang Salena yakini adalah Raigan. Salena meraih tas gendong berukuran kecil yang sudah ia siapkan sebelumnya, kemudian bergegas keluar rumah.

"Hai, Sal." Sapa Raigan begitu pintu terbuka. "Udah siap? Kok lo tau ini gue? Padahal gue kan gak ngechat lo."

Sejak sepulangnya Raigan dari rumah hari itu, mereka memang sudah bertukar nomor ponsel.

"Gue gak pernah terima tamu selain lo sama Lyony. Dan gue gak ada janji sama Lyony hari ini." jelas Salena.

"Apa itu artinya gue termasuk orang spesial yang bisa jadi tamu lo?"

"Muka lo gue jadiin nasi goreng spesial."

"Jangan galak-galak dong, Sal. Lo gak cape marah-marah mulu? Mending lo kaya waktu di toko kue, senyum, ramah, ba--"

"Jadi berangkat gak?" potong Salena, sebelum Raigan kembali mengucapkan kata-kata yang bisa membuat Salena salah tingkah lagi.

Raigan sedikit cemberut, "Iya, jadi. Jangan lupa kunci pintu."

******

Salena tahu, Raigan ini orangnya absurd, tidak jelas. Tapi ia tidak pernah menyangka Raigan bisa se-freak ini.

"Selamat datang di rumah Raigan Aditya, Salena!" ucap Raigan dengan begitu semangatnya.

Salena sempat termenung memperhatikan rumah di depannya. Dari luar saja, Salena bisa merasakan kehangatan keluarga yang tinggal di dalam sana.

"Lo gila ya, Rai? Ngapain ngajak gue ke rumah lo!?"

"Ya gak apa-apa dong, Sal. Itung-itung jenguk nyokap gue."

"Raigan Aditya, yang namanya jenguk itu buat orang yang udah saling kenal. Ini gue aja gak kenal nyokap lo siapa, gimana nanti reaksi nyokap lo liat gue?"

"Makanya kenalan dulu, Mentari Salena Almera."

Seringan itu Raigan menyuruh Salena berkenalan dengan orang tuanya?

"Lo kenapa gak bilang dari awal sih?"

"Emang kalau gue bilang, lo mau apa?"

"Minimal kan gue bisa persiapan bawa makanan atau apa, gak tangan kosong kaya gini."

Kenapa Raigan terlihat seperti menahan senyum? Memang ada yang salah?

"Yang ada kalau gue bilang lo bakal nolak mati-matian, Salena. Udah, ayo masuk!"

Tanpa izin Raigan memegang pergelangan tangan Salena. Membawanya memasuki sebuah rumah berwarna putih dan terlihat bersih itu.

Salena merasakan dadanya berdebar. Tapi apa penyebabnya, dia masih kurang yakin. Antara Raigan yang memegangi tangannya, atau karena Salena akan menemui keluarga Raigan.

Apalagi ini hari minggu, besar kemungkinan mereka semua akan ada di rumah.

Seorang perempuan muda yang juga berhijab terlihat menyambut mereka berdua di depan pintu. Senyumnya merekah dan manis, sama seperti Raigan.

Mentari & Semestanya [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang