6. Started

622 69 2
                                    

******

Raigan jadi merasa tidak enak pada Lyony. Tadi pagi, Lyony terdengar begitu semangat untuk menemui Salena ke rumahnya. Raigan kan jadi tidak tega untuk menolak.

Dia tidak pernah mengira ternyata respon Salena tetap seperti itu. Padahal menurut Riny, Lyony ini sudah sangat baik pada Salena.

Raigan kan jadi semakin penasaran, apa sih, yang membuat Salena sampai sebegitunya tidak ingin memiliki teman?

Tapi, kemana Raigan harus mencari tahu?

Sibuk dengan pemikirannya sendiri, tanpa sadar Raigan sudah memenuhi selembar kertas di buku catatannya dengan pena yang sedari tadi ia pegang.

Kebiasaan Raigan, senang mencoret-coret kertas jika sedang gabut. Pokoknya kalau bukan pada coretan, maka pelampiasan kegabutan Raigan itu pada gitar.

"Anjir, ini gue nulis apaan!?"

Raigan panik sendiri melihat hasil coretannya kali ini. Tahu apa yang membuat Raigan seterkejut ini?

Raigan menulis nama Salena!

Iya, Salena. Raigan bahkan tidak menyadari arah gerakan tangannya saat menulis tadi.

"Ck. Gak bener nih otak gue." Raigan membuka binder nya, berniat membuang kertas bertuliskan Salena itu.

Tapi, Raigan ragu. Setelah di perhatikan, lettering nya kali ini terlihat bagus. Sayang juga kalau harus di buang.

"Rai!" Suara seseorang memanggil nama Raigan di luar sana sambil mengetuk pintu. Dari suaranya saja Raigan sudah tahu kalau yang datang adalah Panji.

Raigan menyimpan lagi kertas yang tadi ia genggam. Berjalan ke arah pintu dan membukanya untuk tamu tak di undang itu.

"Minimal lo mandi dulu sih, Ji. Baru main ke kosan orang."  ucap Raigan begitu Panji langsung memasuki kosannya tanpa permisi.

"Gue gak mandi seminggu juga tetep ganteng."

Iya lagi. Itu salah satu kelebihan yang Tuhan berikan pada Panji. Tapi kan tetap saja mandi itu harus.

Raigan memilih duduk di kursi depan meja belajar, tempatnya semula. Sementara Panji duduk di ranjang.

"Eh, Rai, sebenernya dari malem gue penasaran, lo beneran deket sama Mentari?"

Ternyata itu alasan Panji mendatangi Raigan tengah hari begini.

"Nggaklah, gue cuma sebatas kenal doang. Gak sengaja."

Bohong sedikit. Raigan tidak akan menceritakan pengalaman di kantin kampus saat itu.

"Terus, dia ngapain ke kosan lo?"

"Ya justru itu. Gue gak sengaja nuker buku gue sama buku dia. Jadi dia dateng ke sini buat ngambil bukunya."

"Dan kenapa buku dia bisa ada di lo?"

Raigan menghela nafas. Ia kira, dirinya sudah menjadi manusia paling kepo. Ternyata masih ada manusia lain.

Dan Raigan pun menceritakan kejadian saat dia menawarkan diri untuk membantu Lyony.

"Oh, lo niat modusin Lyony, lewat Mentari gitu?"

Raigan menimbang sejenak. Rasanya tidak seperti itu. Justru, awalnya Raigan mendekati Lyony karena mencari tahu soal Salena.

"Gak lah, gue niat bantuin beneran. Gak ada modus-modus."

"Gue akui sih, Mentari juga keliatan cantik, Rai. Cuma sifatnya aja yang seremnya minta ampun."

Iya, Raigan mengakui ucapan Panji itu benar.

"Anjir! Bener sih, lo gila kata gue, Rai."

Raigan mengerutkan kening mendengar ucapan Panji yang tiba-tiba itu. Terlebih Panji sudah bangkit dari duduknya dan mendekati meja belajar Raigan.

Mentari & Semestanya [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang