• ì ñ s ì d è ñ •
Peristiwa (khususnya yang kurang penting dalam hubungannya dengan peristiwa lainnya yang lebih besar); kejadian
[24/08/2023]
...
Aruna mengemas barang-barangnya sebelum meninggalkan ruang praktikum. Hari sudah mulai gelap, namun koridor masih penuh, terisi oleh para mahasiswa yang belum ingin meninggalkan kampus. Fokus mereka terarah pada hal yang sama, laptop atau buku, dengan kantung mata yang terlihat lelah dan redup. Pemandangan yang sehari-hari Aruna lihat di fakultasnya.
Gadis itu membalas sapa beberapa teman yang duduk di jejeran kursi koridor yang ia lewati. Ia menunggu beberapa saat sebelum pintu lift terbuka dan turun ke lantai satu.
Berhenti sejenak, Aruna membalas pesan dari temannya. Keduanya janji bertemu di kantin fakultas Thalia yang tak jauh dari fakultasnya, sekalian mengisi perut.
"Aruna!"
Teriakan itu tak hanya menarik atensi Aruna, tapi juga seluruh mahasiswa yang kebetulan berada di dekat gadis itu. Dan secara alami Aruna menjadi pusat perhatian.
Aruna melangkah pelan, mengabaikan sekitarnya. Tatapannya lurus dengan senyum simpul. Ia melambai pelan ke arah Thalia.
Tak jauh dari tempat Aruna melangkah, kebisingan yang semula menguasai mendadak berganti dengan keheningan. Sosok Giandra Dirgantara baru saja melangkah keluar dari gedung utama Faculty Of Business and Economics. Ujian memang menekan otak, termasuk Giandra yang berjalan dengan ekspresi serius. Tanda jika laki-laki itu juga berpikir keras menyelesaikan ujiannya.
Seharusnya sore itu menjadi pemandangan luar biasa. Sebab, dua sosok favorit kampus berada dalam tempat yang sama---hal yang sangat jarang terjadi.
Keduanya tidak berada dalam lingkup fakultas yang sama, bahkan tak ada berita dua orang ini pernah berinteraksi.
Harusnya momen ini dapat diabadikan dengan apik. Kapan lagi melihat Tuan Putri berada di tempat yang sama dengan laki-laki yang ditakuti seluruh kampus.
Sayangnya, insiden tidak mengenakan memecah momen itu.
Satu teriakan nyaring mengalihkan seluruh atensi semua orang di sana.
Aruna berbalik, terkejut begitu melihat tepat di belakangnya seorang perempuan jatuh dengan darah mengalir dari leher dan telinganya. Ada pot bunga pecah dengan tanah berserakan di sekitarnya.
Keadaan langsung ricuh. Berbagai reaksi bermunculan.
Aruna berada di dekat korban segera memberi bantuan. Ia mengeluarkan sisa-sisa peralatan praktikumnya untuk menghentikan pendarahan.
"Thalia, bisa lo panggil ambulan. Ini lumayan parah." Ia berujar sembari menekan pendarahan. Perlahan, kesadaran perempuan ini hilang.
Segera Aruna meraih pergelangan tangan perempuan ini, memeriksa detak jantungnya. Lalu dengan cekatan membuka kancing kerah baju dan membenarkan posisi agar darah tak semakin keluar.
"Gimana? Dia masih bisa di atasi, kan?" Thalia bertanya usai menelepon ambulan. "Kampus kita deket rumah sakit, sekitar lima menit lagi ambulan datang."
"Lima menit cukup. Lo bantuin gue pegang kainnya. Cukup ditekan pelan aja."
Thalia melakukan arahan Aruna tanpa banyak tanya. Dan sambil menunggu ambulan, beberapa kali aruna memeriksa detak jantung dan suhu perempuan ini. Memastikan kondisinya untuk memberi laporan pada petugas ambulan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
RomanceRate 18+ Perihal perbedaan yang kerap tak diyakini, nyatanya justru mendatangkan kekuatan tarik-menarik yang lebih erat. . . Hidupnya selalu diantarkan pada titik-titik gelap keluarga. Menumbuhkan didikan keras dengan ambisi kuat dan mengakar. Har...