24 | Pertandingan :

865 84 22
                                    

A/n : Ramaikan dan follow saya ♥️

Happy Reading 🌻😺

...

• p ẹ ŕ ť ą ņ ď ì ņ ĝ à ñ •

[12/08/2024]

...


Ini hari dimana Arjuna akan bertanding. Giandra tentu menyempatkan waktu untuk kompetisi perdana saudaranya.

Momen penting untuk keduanya. Dan kemenangan Arjuna.

Berita kembalinya Arjuna ke arena balap tersebar luas dengan cepat. Giandra manggut-manggut, puas. Ia yakin kompetisi kali ini akan menjadi topik utama berita. Bagus, sesuai rencana.

Namun senyum tipis Giandra seketika hilang kala melihat Aruna keluar kamar dengan ekspresi muram.

"What's wrong, Aruna?"

"Giandra.." Aruna memanggil pelan. "Kita ke sana naik mobil kan?"

Dari lima bulan lalu sampai sekarang, protes yang sering Aruna katakan selalu tentang motor. Giandra nyaris frustasi, rasanya semua orang di sekitarnya sangat sensitif dengan hobinya yang satu ini.

Giandra menghela napas pelan, berusaha sabar. "Iya, Tuan Putri." Lagipula motor Giandra ada di Atlantis. Para mekanik dan staf sedang "memeriksa kondisi" motornya. Giandra harus turun untuk menjadi pembuka pertandingan sebelum kompetisi utama dimulai. Seperti sebelum-sebelumnya, pertandingan dalam konteks persahabatan penting untuk mempertahankan hubungan antar agensi---terlepas dari hasil kalah menang nanti.

Aruna merasa agak canggung. Ia jarang hanya memakai kaos dan celana jeans serba hitam begini. Aruna lantas meraih jaket kulit hitam pemberian Giandra dan merapikan tatanan rambutnya. Ini agak menyiksa, tapi arena balap seperti itu, Aruna tak mungkin mengenakan dress dan pakaian-pakaian kesehariannya.

"Giandra, jelek ya?" Aruna bertanya ragu, sebab Giandra terus memandanginya.

"Of course not, you're always beautiful." Giandra hanya tidak terbiasa melihat Aruna berpakaian seperti dirinya. "Just.. Now, you look different."

Jawaban itu tidak memuaskan. Membuat Aruna semakin tidak ingin ikut, tapi Giandra akan memaksanya. Di sana bukan tempat yang biasa ia kunjungi. Penuh dengan suara bising mesin-mesin dan sorak-sorakan. Berkebalikan dengan ketenangan yang ia sukai.

Aruna duduk di samping Giandra dan mengenakan sepatu boost hitamnya. Secara naluri Giandra menahan rambut-rambut Aruna yang digerai agar tidak berjatuhan sementara tangannya sibuk mengikat sepatu. "Calm, Aruna. Di sana nggak seburuk yang kamu bayangin."

"Cuma mungkin agak mengejutkan buat kamu," tambah Giandra.

"Contohnya?" Aruna selesai dengan sepatunya. Kini mereka turun dan menuju basement. Mobil Giandra sudah terparkir siap di sana. Itu bukan mobil yang pernah Aruna lihat. Dan sepertinya itu koleksi khusus Ferrari---yang ia ingat hanya ada beberapa, mungkin di bawah lima. Aruna cukup tahu sebab Kalingga, adiknya, gemar mengoleksi hingga memenuhi bagasi rumah.

Giandra pasti memakai salah satu koleksinya. Malam ini pemuda itu harus menunjukkan sosoknya sebagai Dirgantara.

"Berantem di tribun, jambak-jambakan, kadang-kadang sampai masuk rumah sakit." Biasanya penonton tidak terima atas kekalahan idolanya.. "Hmm ... mabuk, kissing ... I mean in public, and you know ... sex."

Giandra tertawa melihat wajah Aruna makin muram dan terlihat ingin melarikan diri. Tapi ia lebih suka membuat Aruna berpartisipasi. "Kali ini kamu nggak boleh absen, Tuan Putri." Ia sengaja mengunci pintu sebelum menekan gas.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang