9 | Pesta :

1.1K 100 12
                                    

•   p è s t à   •

Perjamuan makan dan minum; perayaan

[14/10/2023]

...

Aruna sampai di halaman hotel mewah milik keluarga sepupunya, Kanaka Diwangkara. Acara ulang tahun cucu tertua Diwangkara itu akan dirayakan dengan megah.

Aruna tahu perayaan semacam ini penting, terutama untuk menunjukkan status sosial keluarga mereka di mata para tamu yang diundang.

Malam ini akan melelahkan, Aruna harus mempersiapkan diri. Apalagi biasanya semua keluarga akan menginap dan berkumpul setelah acara selesai. Lalu besoknya mereka harus berkemas untuk berlibur ke luar negeri.

Gadis itu menghela napas pelan. Kanaka Diwangkara dan segala keutamaan perlakuan keluarganya. Menjadi keturunan pertama membuat laki-laki itu mendapatkan banyak keistimewaan.

Ia satu mobil dengan sang adik, Kalingga. "Lingga, lo izin berapa hari?" tanyanya ketika Kalingga membuka pintu mobil.

"Cuma empat hari. Minggu depan udah UAS. Gue juga harus persiapan masuk universitas." Kalingga mengulurkan tangan pada Aruna. Ekspresinya berubah tengil. "Kenapa? Lo masih kangen gue?"

Aruna berdecak pelan sembari menerima uluran tangan adiknya. Kalingga membawa dua paper bag hadiah miliknya dan Aruna.

"Tenang, Kak, tahun ini gue susul lo." Kalingga berbisik sembari membuka lengan agar Aruna mengaitkannya. "Nanti gue ganggu hidup lo lagi sampe lo eneg."

Aruna tertawa pelan. "Semoga waktu lo sisa banyak." Setelah masuk universitas, ia tak yakin Kalingga akan memiliki banyak waktu. "Bisa-bisa yang gue denger keluhan lo setiap hari."

Kalingga mengabaikannya. Mendadak ia tertarik pada hal lain. "Oh, ya. Kak Giandra diundang, kan?"

"Ngapain lo tanyain dia?" 

"Gue pengen ketemu sama orangnya langsung. Masih ganteng gue apa dia."

Aruna sontak membuang muka dan menghela napas lelah.

"Kira-kira dia datang nggak, ya?" Kalingga bicara sendiri. "Tapi ini acara besar Diwangkara, nggak mungkin kalau nggak datang. Apalagi sekarang lagi pacaran sama Kak Aruna."

Sebab, sejak pertama pertemuan keluarga mereka, bahkan ketika kakaknya dijodohkan, Kalingga belum pernah bertemu langsung dengan Giandra. Ia hanya tahu wajah sulung Dirgantara itu melalui foto dan media sosial.

"Halo, Aruna." Sosok laki-laki menyapa mereka ketika menaiki tangga. "Wah, Lingga! Dateng juga lo." Dareja meninju pelan dada Kalingga.

"Halo, Kak. Acaranya belum mulai, kan? Kok turun?" Aruna memandang heran. Ini Dareja Diwangkara, cucu kedua Diwangkara, adik Kanaka.

"Belum mulai, Aruna. Kakak mau ambil barang di bawah." Dareja lalu mengulurkan tangan pada Aruna. "Ayo, kakak antar naik."

Aruna menerima uluran itu dengan satu tangannya yang bebas. Kini ada dua laki-laki yang ikut naik bersamanya. Dalam beberapa detik Aruna kontan menjadi pusat perhatian para tamu di sana. Terutama para tamu perempuan.

Bahkan ketika sampai di lantai atas, Aruna langsung disambut hangat oleh Taraka, sang cucu ketiga, juga Derangga sebagai keturunan terakhir yang kini masih duduk di bangku SMP.

"Ayo, Aruna. Kak Naka udah nunggu kamu dari tadi." Taraka berjalan memimpin. Sementara si bungsu, Derangga mengikuti di samping Lingga.

Pemuda SMP itu melirik Aruna, lalu tersenyum. "Kak Aruna malam ini cantik banget." Telinga Derangga memerah, ia malu, namun Aruna benar-benar memukaunya malam ini.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang