4 | Kesepakatan :

1.4K 122 13
                                    

• Ķ è s è p à ķ à t à ñ •

Perihal sepakat; konsensus

[31/08/2023]

...

Giandra menghampiri Arjuna yang tengah duduk di cafetaria utama yang tengah ramai. Banyak mahasiswa dari berbagai fakultas di sini. Saudaranya itu tampak fokus pada tugas di laptopnya.

"Lah? Kok udah balik? Katanya mau ketemu sama Aruna?"

"Nggak jadi sekarang." Giandra lalu duduk di depannya. "Nanti malem."

Arjuna manggut-manggut saja, tak begitu tertarik lagi. Tugas yang harus selesai malam ini lebih membutuhkan atensinya.

Giandra mengambil minum, lalu kembali dan menggerutu kesal. "Jun, dia nggak mau gue jemput."

"Lo pasti maksa Aruna." Arjuna mengatakannya dengan enteng. Tak peduli dengan raut kesal Giandra.

"Nggak. Biasa aja gue."

Arjuna menghela napas lelah. Ia meneguk air putihnya sebelum berkata. "Pasti lo juga tarik tangan dia tanpa minta izin."

Dan mendapati Giandra tak membantah, Arjuna sudah tau jawabannya. "Untung Aruna nggak ilfil duluan sama lo dan masih mau diajak ketemu."

"Padahal gue ajak ngomong baik-baik, Jun."

"Baik-baik versi lo sama versi dia beda, Gi." Kali ini Arjuna mengeluarkan bukunya. Lalu melempar pada Giandra. "Yaudah sih, nanti malem juga ketemu. Mendingan lo bantu gue ngerjain tugas."

Namun, Giandra justru meletakkan buku tebal itu di meja dan berdiri lalu pergi begitu saja. Arjuna mengumpat. "Wah, sialan!"

Baru saja Giandra melangkah, seorang menabraknya. Dan kaosnya basah karena tertumpah jus mangga. Giandra mengumpat. "Lo nggak bisa jalan yang bener?! Nggak lihat gue lewat?!"

Dari luasnya jalan di cafeteria ini, mengapa harus lewat di depan dan menabraknya!

Suasana cafeteria mendadak sunyi. Lagi-lagi Giandra menarik perhatian. Orang tolol mana lagi yang berani cari masalah dengan si sulung Dirgantara.

Selain demi menjaga nama baik dan hubungan dengan Dirgantara, sebagian besar mahasiswa kampus tak berani mengganggu pemuda itu. Sebab, sulung Dirgantara itu tak pernah pandang bulu. Apalagi ketika didekati Giandra selalu tampak galak, laki-laki itu akan menanggapi dengan serius hanya jika urusan itu penting.

"Jangan asal nyalahin orang! Lo sendiri kenapa jalan nggak lihat-lihat!"

Arjuna yang sudah berdiri langsung terpana. Wah, tumben banget ada yang berani sama Gian.

Keterkejutan itu bukan hanya menimpa Arjuna, tapi juga seluruh mahasiswa di cafetaria.

"Cari masalah tuh cewek."

Bisik-bisik mulai terdengar dari berbagai penjuru.

"Siapa sih itu? Berani banget."

"Itu anak baru di prodi gue, Kak. Anak beasiswa kalau nggak salah."

Tiga perempuan di salah satu meja dekat Arjuna mengangguk-angguk bersamaan.

"Oh, nggak kaget gue kalau gitu. Dia nggak ada urusan buat jaga image di depan Giandra." Tidak seperti mereka yang harus menjaga nama baik demi mempertahankan hubungan keluarga.

"Kalau beneran anak beasiswa. Kayaknya dia nggak tau Giandra." Sebab, kampus ini hanya menyediakan sedikit kesempatan bagi mahasiswa dengan jalur beasiswa. Dan biasanya mereka bukan dari keluarga elit. Nama Giandra Dirgantara bisa jadi asing bagi orang-orang itu.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang