A/n : Dirgahayu Indonesiaku 🇮🇩🌹
Ramaikan dan follow saya ♥️
Happy Reading 🌻😺
...
• p ẹ ŕ ť ą ņ ď ì ņ ĝ à ñ •
[17/08/2024]
...
Pukul sembilan malam, pertandingan akan dimulai tiga puluh menit lagi. Giandra selesai dengan diskusinya dan tengah menunggu Arjuna yang bersiap. Di sampingnya, Aruna menikmati strawberry cake dengan tenang. Salah satu cara agar gadis ini anteng dan tidak banyak protes---beri makanan kesukaannya.
Sementata Aruna lagi-lagi melihat Giandra membuka ponsel dengan kening berkerut. Lalu mengetikan pesan dengan ekspresi serius. "Kamu mau ngapain?"
Pemuda itu lantas menyimpan ponsel dan tersenyum penuh arti. "Buat kejutan."
Aruna tidak mengerti. Tapi ia mulai tidak peduli dan tak banyak ikut campur lagi. Di sini membosankan. "Ini kapan mulainya, Giandra?"
Sementara lagi-lagi Giandra menghela napas, berusaha sabar. Ini sudah ketiga kalinya Aruna bertanya. "Sebentar lagi, Tuan Putri."
"Jawaban kamu nggak ada yang lain?"
"Kamu mau pesen lagi?" Giandra tak bisa menjelaskan banyak persiapan yang diperlukan, untuk Atlantis dan untuk Dirgantara. Di sini juga terlalu banyak telinga, berbahaya.
Aruna menggeleng. Ia sudah habis dua porsi pancake, cake, ice cream, dan Giandra sudah bolak-balik memberikannya minum---karena Aruna tidak mau jadi pusat perhatian para pelanggan cafe.
"Aku buatin sarapan seminggu penuh asal kamu berhenti protes."
Atas ujaran itu, mata Aruna sontak berbinar. Gadis itu menatap Giandra dengan wajah penuh cahaya. Minggu depan Aruna lebih banyak praktikum yang mengharuskannnya bangun pagi, juga harus mengganti beberapa kelasnya, penawaran Giandra jelas tidak akan ia tolak. "Oke, deal."
Dan Arjuna yang baru saja bergabung duduk memasang wajah ingin muntah. Dua orang ini sejak tadi benar-benar membuatnya mual. Apalagi sejak bersama Aruna, Giandra mau memasak cuma-cuma untuk orang lain.
"Banyakin porsi, Gi. Gue juga mau."
"Lo bikin sendiri."
Arjuna mengumpat tanpa suara dan hampir mengambil langkah dramatis untuk beranjak, tapi Dikta datang menghampirinya. "Jun, motor lo disabotase."
"Tiba-tiba banget?" Arjuna merespons santai. Lalu meraih botol minum yang tersedia di meja dan meneguknya.
"Gue baru cek ulang. Motor lo nggak aman buat tanding malam ini." Laki-laki itu melihat arlojinya. "Tinggal dua puluh menit. Waktunya nggak cukup."
Arjuna menatap Giandra. "Motor Giandra gimana?"
"Tadi aman." Dikta turut melirik Giandra. "Tapi emang Giandra mau pinjemin motor?" Itu benda keramat Giandra---cowok itu sendiri yang mengatakan. Bahkan, setiap staf memeriksa motor hitam laki-laki itu, Giandra selalu mengawasi dengan wajah galak. Segalanya harus atas izin dan pengawasan Giandra.
Hari ini pertama kali Giandra membiarkan staf dengan leluasa mengutak-atik motornya---karena Giandra harus menjemput kekasihnya. Sampai mereka ragu untuk memulai dan pengerjaan molor hampir setengah jam.
"Pakai motor Atlantis aja, ada tiga motor siap." Dikta memberi alternatif lain.
"Pakai aja punya gue." Pernyataan itu jelas mengejutkan. Arjuna yang semula santai langsung menegakkan punggung. "Asal jangan sampai lecet." Giandra langsung memberi peringatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
RomanceRate 18+ Perihal perbedaan yang kerap tak diyakini, nyatanya justru mendatangkan kekuatan tarik-menarik yang lebih erat. . . Hidupnya selalu diantarkan pada titik-titik gelap keluarga. Menumbuhkan didikan keras dengan ambisi kuat dan mengakar. Har...