27 | Pertemuan :

995 90 23
                                    

•    P     é     ř     ț    é    m    ù     ă      n̈    •

[25/10/2024]

...

Giandra sudah pergi dan Aruna kini tinggal seorang diri. Ia menyempatkan waktu untuk mengejar materi dengan video pembelajaran dari mentornya selama hampir dua jam. Banyak waktu yang ia buang untuk hal lain. Tapi Aruna merasa Diwangkara sekarang lebih toleran. Keketatan yang sebelumnya ia terima mulai memudar sejak kesepakatannya bersama Giandra. Sepertinya, asal prestasinya tidak menurun dan Aruna tidak banyak bertingkah, Diwangkara tidak lagi memberi banyak tekanan.

Ini menyulitkan. Mereka seolah benar-benar memberi ruang untuk Giandra bersamanya. Memanjakan Aruna dengan kelonggaran yang sebelumnya sulit ia dapat. Semacam kompensasi lantaran telah menyerahkan Aruna kepada Dirgantara.

Aruna merapikan mejanya dan keluar kamar, lantas mencoba membuka pintu. Dugaannya benar, pintu dikunci.

Giandra mengurungnya di sini.

Menarik napas pelan, Aruna tidak mengelak ketika merasa detak jantungnya terasa mulai sesak dan tangannya berkeringat dingin. Ia mulai takut ketika Giandra tak memberikan akses untuk keluar apartemen.

Aruna duduk dan berusaha menenangkan diri. Ia baru sadar kali ini Giandra tidak menyertakannya. Kebiasaan laki-laki itu untuk selalu melibatkan Aruna membuatnya terbiasa dengan ajakan-ajakan di luar jadwal. Tapi kali ini Giandra pergi seorang diri.

Ia membuka berita, setelah keributan yang Giandra ciptakan, tidak mungkin tidak berimpak apa-apa. Aruna membaca satu per satu berita di media. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.

"Giandra, I know you're crazy." Tapi ini benar-benar di luar dugaan Aruna. Rasanya ia ingin mengucap ratusan terima kasih dan bersyukur karena setidaknya Giandra masih membiarkannya mengakses media sosial.

Dan sepertinya tidak hanya dirasakan olehnya, Aruna yakin semua orang merasakan hal yang sama.  Giandra membuat seolah bersujud saja tidak cukup dilakukan.

Aruna membaca sekali lagi. Perpagi ini, kestabilan ekonomi menurun, beberapa harga barang pokok naik dan kemungkinan terjadi inflasi di beberapa sektor dalam lima bulan ke depan.

Perusahan runtuh semalam adalah satu farmasi pembuat obat terbesar di negara, milik Pradipta. Operasinya sudah lebih dari dua puluh tahun. Produk mereka dikirim ke berbagai rumah sakit hingga negara luar. Dan tentu, menyumbang pada penghasilan negara.

Aruna membaca sekali lagi daftar perusahaan yang terdampak. Setelah ini, pasti banyak PHK massal. Giandra benar-benar menghancurkan seluruh gedung beserta isinya. Catatan audit, sistem operasional, IT, hanya pekerja mereka yang selamat.

Penurunan saham sudah jelas, dalam beberapa jam saham Pradipta anjlok. Masalahnya, mereka juga menaungi beberapa anak perusahaan yang pasti akan ikut terkena dampak. Sektor dagang BUMN pun turut terseret. Ini jelas mengganggu produksi barang dan impor.

Deretan nama-nama petinggi swasta dan negara atas kasus korupsi bermunculan. Bahkan, perdagangan narkoba yang ditolak mentah-mentah oleh Diwangkara mendadak sudah sampai ke telinga media. Sekarang, kasus itu panas dan dibicarakan. Pradipta menjadi pihak paling dicaci-maki lantaran banyak rumah sakit bergantung pada produksi obat mereka.

Orang-orang berpikir bahwa pengeboman itu adalah hukuman. Konsekuensi atas ketamakan dan bahwa keadilan selalu memihak kejujuran.

Tenggorokan Aruna terasa kering. Giandra sungguh-sungguh mengundang banyak musuh.

Dirgantara memang tidak terlihat begitu diuntungkan sebab bergerak di bidang yang berbeda. Tapi Pradipta itu musuh. Menunjukkan kekuasaan dan menghancurkan lawan sudah cukup menjadi bukti siapa yang lebih kompeten.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang