29 | Serupa (2) :

545 105 23
                                    

•    ś    ë    ŕ    ù    p   à    •


[20/11/2024]


...

Setelah berdebat panjang di pagi hari, Giandra akhirnya mengalah untuk mengantar Aruna dengan mobil. Gadis itu akan praktikum hari ini dan membawa cukup banyak barang. 

Giandra menepati ucapannya untuk membuatkan Aruna sarapan. Dan gadis itu menikmatinya di mobil. Meskipun hari-harinya menjadi agak suram dan Aruna harus waspada, setidaknya Giandra cukup lunak beberapa hari ini. 

"Kamu keliatan seneng akhir-akhir ini." Itu komentar Aruna sebelum kembali melanjutkan sarapannya. 

"Oh, ya?" Giandra tetap fokus melihat depan. Setelah akses Dirgantara kembali padanya, ia memang merasa bebannya sedikit berkurang. Giandra bisa kembali bersenang-senang disela-sela kesibukannya. 

"Hmm." Aruna mengangguk. "Muka galak kamu jadi agak cerah." Meskipun masih keliatan galak. Kerutan di dahi dan mata menyorot tajam yang biasa memenuhi Giandra dari pagi sampai pagi mulai agak jarang terlihat. Sepertinya peristiwa minggu lalu benar-benar kemenangan telak bagi Giandra. 

"Akhir-akhir ini aku jarang lihat Arjuna." 

Giandra mendadak diam cukup lama. Lalu menatap Aruna ketika mereka berhenti di lalu lintas. "Tuan Putri, kalau kamu ketemu Juna, jangan disapa. Anggap aja dia nggak ada."

Mendengar nada serius itu, Aruna merasa janggal. "Kenapa?"

Giandra melajukan mobil lagi. "Dia lagi kerasukan setan. Jangan diganggu."

Aruna tak bertanya lagi. Terakhir kali melihat Arjuna di apartemen baru Giandra, pemuda itu tampak kelam dan serius. Seolah tak ingin diganggu. Matanya mengingatkan Aruna pada Giandra ketika diliputi kemarahan. Persis. 

"Giandra, kayaknya ada yang ngikutin kita." Aruna melihat spion, mobil yang sama sejak mereka berhenti di lalu lintas sebelumnya masih di belakang mereka. 

Tapi pemuda itu justru tertawa keras. "HAHAHAHAHAHA!"

Sumpah, Aruna harus melewati banyak praktikum hari ini. Juga harus mengganti kelasnya yang ia lewatkan. Ia tak mau fokusnya beralih pada masalah-masalah lain. "Giandra, ini nggak lucu."

"Nggak usah khawatir, Tuan Putri. You should enjoy your breakfast."

Setelah beberapa hari hidupnya terasa tentram, Aruna tidak ingin lagi berada dalam situasi yang mengharuskannya waspada. 

 "Giandra--"

"Berapa kali kamu panggil nama aku pagi ini?"

Beneran, Aruna ingin menimpuk Giandra dengan buku-bukunya. Mana senyum cowok itu makin membuatnya jengkel. 

Giandra mengulas senyum tanpa menoleh. Pagi ini Aruna cukup banyak melayangkan protes sambil memanggil namanya dengan kesal. Dan itu menghiburnya. Pagi harinya yang biasa damai mendadak berubah ricuh karena gadis itu.

Sayangnya Aruna memang tak cocok untuk diajak debat. Gadis itu akan mengalah cepat dengan ekspresi pasrahnya. 

Mendadak, ketika Aruna hampir menghabiskan sarapannya, terjadi ledakan di belakang mobil mereka. Itu mobil yang mengikuti mereka. Beberapa kendaraan terpaksa berhenti dan jalanan berubah macet. Aruna dapat melihat orang-orang mulai bergerombol di lokasi, sementara Giandra melajukan mobil dengan tenang. 

"Giandra, itu tadi …."

"Kamu harus terbiasa mulai sekarang, Tuan Putri. Perhaps, in the next few months you will often see many unexpected moments."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang