22 | Terikat :

1K 101 21
                                    

A/n : ini chapter spesial pake teloor karena momen Aruna Giandra.

Ada 2 part. Kalau rame lanjut part 2 nya cepet. Wkwkwkwk

Ramaikan dan follow saya juga

Happy Reading 🌻😺

...

•    ť     ẹ     ŕ    ị     ķ     à    ț    •

[18/07/2024]

Aruna terpaku di tempat. Pertanyaan konyol yang Giandra lontarkan makin membuatnya kehilangan kata. Semudah itu untuk Giandra bersikap santai dan menawari makan malam.

"Aruna?" Pemuda itu memanggil sekali lagi. Suara beratnya masih terdengar sama. Datar, dingin, tanpa penyesalan.

Dengan jarak kurang dari sepuluh senti. Giandra masih berdiri dengan senyum tipis yang bertahan. Ini lebih menyenangkan dari yang ia kira.

Ia pikir Aruna setidaknya akan menjauh, berteriak, bahkan pingsan setelah melihatnya. Tapi gadis ini terlihat berupaya keras untuk tetap berdiri tegak di depannya---dengan tubuh yang gemetar.

Aruna memang selalu manis. Gadisnya tidak menjauh meski matanya dipenuhi ketakutan.

Ucapannya selalu tertepati. Sekecil apapun, Aruna melakukannya. Gadis itu hanya akan meminta waktu. Ini membuat Giandra makin kesulitan. Aruna yang tidak tahu apa-apa---tapi selalu berusaha memahaminya---itu memancing kewarasannya.

Sialan! Kalau bukan karena Kanaka, ia tak akan menahan diri.

Tubuh Aruna mendadak ambruk. Dan Giandra dengan sigap menahannya. Gadis itu menutup wajah dengan kedua tangan, menutupi air matanya yang mulai keluar.

Tidak ada isak, namun napas Aruna terdengar berat. Ia diam ketika Giandra merengkuhnya lebih erat.

Keduanya diam. Aruna dengan usahanya mempertahankan diri. Dan Giandra menunggu.

"Aruna?" Giandra memanggil pelan sebab Aruna makin merapatkan diri padanya. Kemudian terdengar isakan lirih.

Ia memaklumi, Aruna hanya memberikan reaksi sewajarnya. Setelah ini, Giandra tidak akan menutupi apa-apa. Aruna harus tahu benar sosoknya. 

"Seharusnya kamu tahu ini dari awal." Bahkan seharusnya, sejak Giandra menawarkan hubungan. Tapi Kanaka menghadang, berulang kali memberinya ancaman untuk tidak terlalu jauh sebelum Aruna benar-benar siap.

Sepupu Aruna yang satu itu memang merepotkan. Dan Giandra tidak bisa selamanya diam menunggu kesiapan Aruna.

Merasakan tubuh Aruna makin lemas dan bertumpu padanya, Giandra mengangkat gadis itu dan membawanya ke sofa. Aruna duduk di pangkuannya dengan kedua tangan yang menutupi wajah dan meredam suara isaknya.

Aruna tahu tidak ada jalan keluar, kesepakatannya dengan Giandra adalah mutlak. Keluarga mereka sudah mengumumkan---sejak dua bulan lalu. Giandra pun terang-terangan mengikatnya di depan publik.

Karena itu Aruna kesulitan, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika Giandra mulai menunjukkan diri. Dan kala pemuda itu mengeratkan rengkuhannya, Aruna merasa ia makin terikat dan terikat. Giandra mengurungnya. Seperti yang selalu pemuda itu tekankan. Giandra akan membawa masuk Aruna dalam hidupnya dan mengikatnya, seumur hidup.

Tempat ini adalah representasi. Mungkin Giandra sengaja membawanya. Menunjukkan bahwa kata-kata sebelum mereka bersepakat satu per satu akan diwujudkan. Aruna sudah memutuskan, ia hanya harus menerima dan terbiasa. Ini keputusannya.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang