6 | Mengenal :

1.2K 118 19
                                    

•   m è ñ ĝ è ñ à ĺ   •

Mengetahui; kenal (akan); tahu (akan)

[16/09/2024]

...


Rencana Giandra untuk banyak mengobrol dengan Aruna selama dua minggu ini gagal total. Justru sebaliknya, dua minggu ini keduanya terpaksa hanya berhubungan melalui media sosial sebab Aruna harus pulang, lalu pergi ke kanada mengikuti konferensi internasional dokter keluarganya.

Dan hubungan keduanya sungguh tak efektif karena perbedaan waktu.

Kini, lepas dua minggu berlalu, Aruna menunggu Giandra di cafetaria bersama Thalia. Laki-laki itu meminta bertemu usai kelas. Ini pertemuan pertama mereka setelah dua minggu hanya bertukar kabar secara tak langsung.

"Jadi sekarang lo pacaran sama Kak Giandra?" Thalia bertanya dengan suara lirih.

"Iya." Aruna menikmati salad buahnya dengan tenang.

"Keluarga lo udah tau?"

"Udah. Malah setelah gue pacaran sama Giandra, mereka udah nggak pernah kirim foto-foto Giandra lagi."

"Dia gimana sama lo? Lo sering digalakin nggak?" Sebagai adik tingkat Giandra, Thalia sering mendengar betapa keras dan galaknya laki-laki itu.

Aruna tampak berpikir. Selama ini mereka hanya berhubungan tidak langsung, ia belum bisa menyimpulkan dengan pasti. "Ya lumayan, tapi masih aman. Dia cukup pengertian kalau gue susah dihubungi waktu di Kanada." Meski kadang di telepon suaranya kayak nahan emosi dan tetep suka maksa.

"Gue agak heran dia nggak nyusul lo ke sana."

Aruna juga memiliki pendapat yang sama. Ia pikir Giandra akan nekat menyusulnya karena komunikasi mereka yang buruk. Giandra bukan tipe orang yang sabar menunggu dan tidak melakukan apa-apa. Tapi laki-laki itu juga tak suka buang-buang waktu. "Mungkin bagi Giandra nyusulin gue ke sana nggak efektif."

Thalia mengangguk-angguk seadanya, ia tak berkomentar banyak sebab tak mengenal kakak tingkatnya itu dengan baik. "Gue masih laper, mau pesen makan lagi." Gadis itu berdiri dan mengambil kartunya. "Lo mau juga nggak?"

"Nggak usah. Gue mau coba yang lain." Ia jarang membeli makan di sini. Aruna lebih suka makan di kantin fakultasnya karena dekat dengan perpustakaan di mana waktunya banyak ia habiskan di sana.

Dan begitu Thalia duduk, Aruna juga kembali dengan membawa sepiring pancake. Namun, sebelum satu suapan masuk ke mulutnya, tangannya ditahan seseorang.

"Jangan dimakan."

Suara berat itu membuat Aruna menoleh ke atas. "Giandra?" Ia menurunkan tangannya.

Giandra merebut sendok dari tangan Aruna. Lalu menjauhkan piringnya. "Bukannya lo alergi kacang merah?"

Aruna tampak bingung, ia mengangguk pelan. "Iya, terus kenapa?"

Wajah Giandra mengeras. Kenapa katanya? Ia bahkan rela berlari ketika melihat Aruna memesan makanan itu dari luar. Beruntung dinding-dinding cafetaria ini terbuat dari kaca. "Apa penjualnya nggak bilang kalau didalamnya ada campuran kacang merah?"

Aruna memiliki alergi parah terhadap kacang merah dan olahannya. Itu salah satu hal yang Giandra ingat ketika membaca profil Aruna. Dan bisa-bisanya gadis ini membeli makan sembarangan.

"Oh, ya?" Aruna jelas terkejut. Lalu merutuki diri, ia lupa tak bertanya.

"Lain kali jangan sembarangan pesen makan."

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang