Hai hai hai
Selamat hari raya, minal aidin wal faizin semua🙏🌻Akhirnya saya Up lagii
Jangan lupa jejaknyaa yaaaHappy reading 🌻🌸
...
• s è p à ķ à t •
[16/04/2024]
...
Satu-satunya hal yang membuat Aruna turun dari kasur pagi ini adalah bel apartemennya yang berbunyi. Usai kejadian semalam, matanya sulit terpejam dan berakhir terjaga semalaman. Kini ia baru teringat bila ada janji dengan Giandra.Aruna merapikan baju tidur dan rambutnya, lalu meraih jaket sebelum membuka pintu. Begitu melihat sosok Giandra, ia mempersilakan masuk. "Sorry bukanya lama."
"Aruna?" Giandra langsung sadar ada yang salah dengan Aruna. Penampilan gadis ini sedikit berantakan dan matanya terlihat merah. "Lo sakit?"
Gadis itu menggeleng pelan. "Gue nggak sakit, cuma semalem nggak bisa tidur."
Giandra menaruh paper bag di meja. Kemudian mengembalikan atensi pada Aruna. "Nggak bisa tidur karena?"
Ia merasa janggal. Aruna selalu siap ketika mereka akan pergi. Sama seperti dirinya, gadis ini juga merupakan seorang yang tepat waktu. Tapi kali ini Aruna masih lengkap dengan pakaian tidurnya.
Giandra memutus jarak agar lebih dekat. Rahangnga mengeras begitu menemukan tangan kanan Aruna terbalut perban. "Aruna? Ada apa?" Ia lamtas meraih tangan gadis ini. "Tangan lo kenapa?"
Tak disangka, tubuh Aruna justru bergetar. Gadis itu menunduk dalam-dalam. Tarikan napasnya diulang berkali-kali.
Giandra mengerti, rupanya penjagaan ketat di bawah tadi bukan karena perkara biasa.
"Semalam Kak Raka diserang."
Giandra diam untuk beberapa saat. Setelahnya pemuda itu menuntun Aruna untuk duduk di sofa. Taraka mungkin sudah diatasi sekarang, tapi Aruna pasti tak bisa melupakannya begitu saja.
"Sekarang Taraka dimana?"
"Udah dibawa ke rumah sakit."
"Pelakunya?"
Aruna tak langsung menjawab, ada intonasi berbeda pada kalimat terakhir itu. Ia menatap Giandra lamat-lamat. Tatapan mata tajam dengan rahang mengeras itu mengingatkannya pada kemarahan Kanaka semalam. "Udah diberesin Kak Naka."
Giandra tak bertanya lagi. Mudah ditebak bahwa Kanaka pasti telah membereskannya. Lelaki itu juga memperketat penjagaan di bawah.
Asumsinya telah terjadi. Giandra tak menyangka bahwa mereka terang-terangan langsung menyerang Taraka. Kanaka emang keras kepala. Bila bukan karena kesepakatan keduanya, Giandra tak akan ragu bergerak lebih dulu.
"Sorry, Giandra. Gue belum siap-siap."
"Kita nggak usah pergi." Giandra melepas jaketnya. Lantas menyerahkan paper yang ia bawa. "Lo belum sarapan, kan?"
Dengan ekspresi bersalah, Aruna menerimanya. "Thank you, Giandra." Beberapa hari terakhir pola makannya memang agak berantakan, tapi Giandra selalu menyempatkan diri membawakan atau mengajaknya sarapan. Aruna mulai pening, kode terang-terangan pemuda ini membuatnya tak bisa mengelak.
Tanpa suara Aruna menikmati sarapannya. Suasana juga mendadak hening. Giandra kini tampak sibuk mengetik di ponselnya. Mata Aruna terpejam sesaat, dadanya kembali berdetak dengan berantakan, membuatnya tak nyaman. Lagi-lagi keinginan untuk memiliki Giandra muncul dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
عاطفيةRate 18+ Perihal perbedaan yang kerap tak diyakini, nyatanya justru mendatangkan kekuatan tarik-menarik yang lebih erat. . . Hidupnya selalu diantarkan pada titik-titik gelap keluarga. Menumbuhkan didikan keras dengan ambisi kuat dan mengakar. Har...