12. Rêver lucide

2.9K 176 41
                                    

Jangan lupa pencet bintang. ⭐️

[⚠️]

"Fuck, fuck, fuck!" Demi menyumpah berulang-ulang, lalu menyeretku menuju kamar mandi.

"Itu induk semangmu?" Aku mengganjal pintu kamar mandi dengan sepatu.

"Siapa lagi?" Demi menggigit bibir, lalu menatap pintu kamar dengan gelisah.

"Tadi kayaknya ada yang lewat—kirain Demi."

"Dia kira aku masih pergi," Demi berbisik.

"Great," kataku.

Demi mengendap-endap untuk mengintip lewat jendela kamar. Lalu, setelah memastikan sang induk semang sudah pergi, dia mengunci pintu dan menarikku keluar dari kamar mandi. "Thanks," ucapku.

"Kamu bandel," Demi menyembur.

"Sorry." Aku tertunduk. "Not gonna happen again."

Demi bertolak pinggang. "Sekarang gimana caramu keluar?"

"I don't know." Aku mengedik, lalu duduk di tepi ranjang. "Nunggu tengah malem?"

Demi memutar bola mata. "Sekalian aja nginep."

Aku mengangguk-angguk. "Ide bagus."

Cewek itu mendelik. "Aku nggak serius."

"Aku serius," aku membalas.

Demi menghela napas, lalu menyugar rambutnya ke belakang.

Cuma ada satu cara untuk bersenang-senang selama terjebak di kamar Demi, tapi aku tidak yakin kami bakal tetap tenang selama melakukannya. Koreksi: aku tidak yakin Demi bakal tetap tenang selama aku melakukannya.

"Kamu masih sedih?" tanyaku saat cewek itu bergabung bersamaku di ranjang.

Demi hanya melirik sekilas. "Memangnya kenapa?"

"I can help you," kataku. "I'll make you feel better."

Kedua mata Demi menyipit. "Aku nggak mau have sex kalau nggak pakai kondom," katanya. "Aku nggak mau hamil dan besarin anakmu sendirian."

Memang ada yang tidak beres pada otak cewek ini. Akan kupastikan otak itu sudah kembali normal setelah aku membuat Demi meleleh dengan mulutku.

Watch me.

"My dick will not be involved," aku berjanji. "I'll keep him in my pants."

"Fine," Demi mengerang. "Do whatever you have in mind."

Tersenyum, aku mengangkat cewek itu ke pangkuan dan membuainya dengan ciumanku. Aku tergila-gila pada bibir cewek ini. Bentuknya memang tidak sepenuh yang kufantasikan, tapi rasanya enak. I can't get enough of it. Aku menggigit-gigit kecil bibir Demi untuk kesenanganku sendiri, lalu menelusuri bentuknya dengan lidah. Ini bibir yang sangat cantik, apalagi saat Demi membuka mulut dan menautkan lidahnya dengan lidahku.

Aku tertawa ke dalam mulut Demi. Ciuman ini seksi meskipun tidak menggebu-gebu. Aku menyukainya.

Begitu ciuman berakhir, pipi Demi sudah benar-benar memerah. Rambutnya tergerai berantakan di atas bantal, dan bibirnya  yang indah itu mengembuskan napas panas yang pendek-pendek. Aku mencermati bibir Demi, lalu menekuk tanganku ke bawah untuk menciumnya lagi, tapi kali ini aku tidak melakukannya dengan tangan yang menganggur. Perlahan-lahan, jariku menyelinap di balik tank top Demi yang tidak banyak menutupi kalau cewek itu memakai bra biru tua.

Scream & ShoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang