26. A fait retourner

2.1K 112 55
                                    

Vote? Huehehe. (  ͡° ͜ʖ ͡°) (11)

[⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️]

Aku bangun lebih siang daripada yang seharusnya, tapi berhubung aku begadang semalam, bangun jam sepuluh terasa seperti keajaiban. Kecuali kalau wajahku jadi lebih berminyak dan aku berkeringat karena masih terbungkus selimut.

Karena mood-ku sedang bagus dan badanku rasanya lebih ringan setelah tidur delapan jam, pagi itu aku menyempatkan diri nge-gym. Penerbanganku besok lusa, jadi hari ini dan besok adalah hari terakhirku bisa nge-gym sebelum rest day lagi di pesawat. Aku memakai gym pribadi Marki, seperti biasanya, karena gear-nya lengkap dan gym itu, menurut Marki, adalah cerminan dari gym impian dia dan Daniel. Aku percaya proyeksi Daniel sebagai atlet, jadi saat Marki bilang gym-nya lebih lengkap daripada gym terbaik di Basalt, aku tidak mendebat.

Setelah memeras seluruh keringat di tubuhku, dan terutama melatih lengan karena siapa yang tahu ada request poster lagi dari Demi, aku mandi, lalu makan sarapan yang agak terlambat bersama induk semangku sendiri, alias Marki. Daniel pergi untuk menjenguk Om Tristan dan Tante Ribka di rumahnya. Marki bakal menyusul setelah pulang kerja.

"Tumben jam segini belum berangkat ke kantor," celetukku iseng.

"Suka-suka bos mau datang jam berapa."

Boo-hoo. Dasar sombong.

"Oh ya," kata Marki. "Gimana? Invitational? Ini hari terakhir kan?"

Aku menggangguk sekenanya. "Both semi and the final are held today."

"Alrighty." Marki menuang sari jeruk masing-masing ke dalam gelasku dan gelasnya. "Good luck, little boy."

Demi cantik sekali hari ini. Aneh, tapi cantik. Bukan berarti biasanya dia jelek, cuma aku tidak pernah melihat cewek itu seperti ini. Dia memakai tank top merah ketat dan celana pendek putih yang berbeda dari biasanya. Mirip cheerleader. Rambutnya yang panjang diikat setengah dan di-section menjadi dua di atas. Untuk ukuran cewek di Basalt, tampilan default Demi sebetulnya sudah cukup modis, bikin cewek itu mudah dibedakan dan tampak seperti dirinya sendiri, tapi hari ini cantiknya agak berlebihan.

Aku tidak habis-habisnya menatapi penampilan baru Demi sambil menyeruput teh susu yang dia pesankan untukku. Saking panglingnya, aku sampai tidak fokus memesan di Starbucks dan Demi yang lagi jahil iseng memesankan minuman yang bukan aku banget.

Tapi teh susunya enak, jadi aku tidak komplain.

"Kamu bengong terus deh," Demi berkomentar.

"Aku lihatin kamu," kataku.

Demi kontan menyentuh wajahnya. "Aku?" Nah, dia kumat lagi. Lagaknya seperti kami nggak pernah ciuman sampai telanjang saja. "Aneh ya?" Cepat-cepat dia menyalakan kamera depan dan membolak-balikkan wajahnya.

"Nggak," kataku lagi setelah beberapa lama.

"Terus?" Nada Demi patah semangat.

"Ya... cantik..." Pada saat-saat seperti ini, aku merasakan perbedaan umur itu menyerang lagi. Aku menunduk, lantas berdeham. "I don't know, lebih seksi aja."

Aku buru-buru menyeruput teh susuku lagi. Blergh. Panas.

Aku menarik tisu dari konter yang berada di dekat meja, dan sambil membersihkan tetesan tehku yang tumpah, kusempatkan diri melirik Demi.

Scream & ShoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang