Bismillah
Happy Reading
🕊🕊
"Bagus-bagus semua ini sampel undangan nikahnya, Yah."
"Iya bagus. Sudah ada barcodenya jaman sekarang, jaman kita belum ada ini, Bunda."
Rasyid menuruni undakan tangga berbatas kaca, terdengar jelas suara Ayah dan Bunda membicarakan perihal yang diperlukan untuk pernikahan adiknya.
"Ais suka Outdor, Bunda..."
Rasyid menarik bibirnya, tangan kirinya meraba saku celana, mengambil ponsel yang bergetar. Kemudian berbelok ke sisi kiri rumah, lalu masuk ke area taman.
"Halo." sebut Rasyid sambil mencuri-curi lihat ke arah dalam. Lalu kembali pada sambungan telepon dari Kriss Shwan-Hamzah.
"Saya ingin mengabari kondisi tuan Harsyad mengalami penurunan selama dua hari kemarin, sore tadi kondisi tuan sudah memperlihatkan akan kembali stabil." kata Shawn, menjelaskan detail keadaan boss besarnya kepada cucu sematawayang Mahendra Yusuf Harsyad.
Rasyid mengulum bibir, alisnya menukik dalam, "Kirimkan surelnya ke saya Pak Shawn. Pastikan Kakek tetap dalam pengawasan Tim Dokter." balas Rasyid, jemarinya menyentuh ringan daun-daun. Kondisi pemimpin utama Hasryad Properti sangat mempengaruhi para Investor. Rasyid berusaha melakukan yang terbaik selama ini, tetapi akan tetap terlihat apa yang diupayakan bukanlah upaya membangun perusahaan agar terus maju.
Rasyid tentunya menjadi suksesor setelah orang tuanya meninggal dan Edwin Hasbi Harsyad —sang Paman memilih pensiun dini dan menikmati masa tua berdua saja dengan istrinya karena tidak dikaruniai keturunan.
"Ya, saya akan kirimkan surelnya kepada Jonathan. Kapan tuan kembali ke Jakarta?"
Rasyid menggumam pelan, kepalanya mendonggak melihat langit penuh bintang. "Besok pagi saya sampai ke Kantor." ada hela napas panjang, pundaknya terasa nyeri akibat semalaman menyelesaikan pekerjaan yang terus saja bertambah.
"Baik, kalau begitu selamat malam, tuan."
Rasyid menurunkan ponsel dari telinga, "Malam." ucap Rasyid sambil mematikan sambungan telepon.
Rasyid memijat pundaknya, jemarinya menekan nomor asistennya. Pada dering ke dua panggilannya terjawab, "Jo, tolong panggilkan Dokter Edo ke kantor. Alihkan surel dari Pak Shawn ke saya. Kosongkan jadwal besok siang, saya akan ke Rumah Sakit." titah Rasyid, ia perlu melakukan pemeriksaan dengan bahunya. "Jemput saya di Bandara pukul tujuh, ya." lanjutnya.
Jonathan membalasnya dengan cepat, "Baik, akan segera saya hubungi Dokter Edo, sekaligus melakukan pemeriksaan rutin kesehatan anda di kantor aja. Saya alihkan Pak Handes menjemput anda."
"Ya." Sambungan terputus begitu Rasyid mengakhiri panggilan.
Rasyid mengantongi ponsel, lalu kembali masuk ke dalam rumah. Rasyid melangkahkan kaki mendekati tempat berkumpul keluarganya.
"Teteh yang nikah kenapa Ais yang milih. Biar Teteh aja yang menentukan konsep pernikahannya sendiri, dong. Sekali seumur hidup loh ini." tutur Bunda sambil memperlihatkan beberapa konsep wedding kepada Amelia.
Amelia menggeser layar di hadapannya, melihat-lihat konsep yang diinginkan. "Bagus semua." sebutnya pelan sambil mengangguk, kemudian melihat ke arah Rasyid berjalan mendekat, duduk di single sofa.
"Memang bagus semua, Amel pilih saja mau bagaimana. Semua terserah sama Amel, nanti biar Bunda sama Bu Syifa yang proses biar Amel sama calonnya bisa fokus ke mata kuliah dulu." Bunda menarik kembali Tab dari putrinya, lalu menandai sudah dipilih sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Pengganti Amelia (TAMAT)
RomanceHubungan yang terjalin antara Rasyid dan Amelia seharusnya tidak ada yang berubah, keduanya akan tetap menjadi Kakak-Adik yang saling menyayangi. Ya, memang seharusnya begitu ... sebelum kekacauan satu hari menjelang pernikahan Amelia-yang membuat...