Happy Reading
Bismillah
🕊🕊
Rasyid menutup laptopnya, ia melirik pada Amelia yang tengah bersiap tidur. Rasyid beranjak menuju kamar mandi, ia mencuci wajahnya. Rasyid mengambil handuk bersih, ia keluar sambil mengerikan wajahnya.
Rasyid melangkah ke dekat keranjang kotor, ia melempar pelan handuk ke keranjang lalu melanjutkan langkahnya mendekati ranjang.
"Humaira?" panggil Rasyid pelan. Rasyid berdiri di belakang Amelia yang duduk di tepi ranjang. Tangannya terangkat menepuk-tepuk lembut kepala Amelia.
Rasyid tersenyum hangat saat Amelia mengangkat wajah melihatnya. "Sedang apa?" tanya Rasyid, melirik sekilas pada layar ponsel menyela Amelia.
Amelia menggelang, pipinya menghangat saat Rasyid menunduk mencium kepalanya. Amelia masih merasakan kecanggungan setiap kali Rasyid memberi sentuhan ringannya. Namun, Amelia tidak bisa berbohong dengan jantungnya yang berdetak cepat memompa aliran darahnya lebih cepat. Amelia melempar ponselnya menjauh.
"Abang...." sebut Amelia menghadap Rasyid.
Rasyid mengangkat kedua alisnya, lalu duduk di tepi ranjang. "Iya?" Rasyid menunduk menatap kedua tangan Amelia yang membawa tangannya dalam genggaman hangat. Tatapan Rasyid naik melihat wajah Amelia. "Ada apa, hm?" tanya Rasyid pelan saat menyadari ada yang berbeda dari raut wajah adiknya—ah bukan, ada yang berbeda dari wajah istrinya.
Amelia menatap tanganya dan Rasyid, ia menipiskan bibir lalu memberikan gelengan kepala. "Enggak, Amel cuma lagi mau panggil aja." balasnya.
Rasyid menggeleng, ia sangat tahu nada suara Amelia ini. "Ada yang perlu Abang tahu, Humaira? Sekarang Abang suami Humaira, jadi tidak ada salahnya Humaira membagikan apa yang ingin Humaira bagi pada Abang." ucap Rasyid, ia menarik tangan kirinya—mengangkat dagu Amelia agar menatap kearahnya.
Amelia mengerutkan alisnya, hatinya didera cemas setelah membuka pesan masuk tadi. Ini membuat hatinya gelisah dan ... sakit.
"Humaira," Amelia menunduk cepat saat airmatanya menetes. "Ada apa?" Rasyid menarik tangan Amelia, lalu suara tangis Amelia terdengar. "Humaira baik-baik saja? Ada yang sakit?" Rasyid khawatir, tetapi Amelia memberikan gelengan kepalanya.
"Abang...." Amelia membawa tubuhnya masuk ke dalam pelukan Rasyid. Bahunya bergetar menahan tangisnya agar tidak semakin keras.
Rasyid membalas pelukan Amelia, ia membawa Amelia lebih dalam ke pelukannya. Rasyid mengusap-usap punggung dan kepala Amelia. "Tidak apa-apa, ada Abang di sini. Abang akan selalu ada untuk Humaira." Bisik Rasyid, membuat tangisan Amelia semakin keras.
Rasyid tidak tahu apa yang membuat Amelia menangis sesakit ini setelah malam Amelia memohon padanya. Tetapi, ini berbeda. Amelia terlihat lebih terluka, tangisnya membuat Rasyid mengepalkan tangannya.
"Abang, sakit..." Amelia menarik baju kaus yang dikenakan Rasyid, menggenggam erat.
Rasyid menunduk, "Bagian mana yang sakit?" tanya Rasyid dengan suara panik, Rasyid hendak berdiri. Namun, Amelia menahannya. "Jangan pergi, jangan." bisik Amelia. Rasyid kembali memposisikan Amelia dalam pelukannya agar lebih nyaman.
"Iya, Abang tidak akan pergi, Humaira." Rasyid menunduk, ia mencium kepala Amelia tiga kali dan membiarkan Amelia menangis sampai ia tertidur karena kelelahan.
Rasyid melihat pada jam yang menunjukkan pukul satu malam, Rasyid menggendong Amelia—membawanya berbaring, saat Rasyid ingin melepaskan tangan Amelia dari bajunya. Tangan Amelia justru mengerat, "Iya, Abang tidak akan pergi." Rasyid menunduk mencium kening Amelia. Ia memilih berbaring disamping Amelia, membawa tangan Amelia ke dalam genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Pengganti Amelia (TAMAT)
RomansaHubungan yang terjalin antara Rasyid dan Amelia seharusnya tidak ada yang berubah, keduanya akan tetap menjadi Kakak-Adik yang saling menyayangi. Ya, memang seharusnya begitu ... sebelum kekacauan satu hari menjelang pernikahan Amelia-yang membuat...